Om-G.
[Kompasiana.com/Om-G].
[1] Kereta api yang sedang melaju memang tidak dapat berhenti secara mendadak. Walapun diberhentikan dengan sekuat tenaga, kereta api baru akan berhenti setelah beberapa ratus meter. Dalam Undang-Undang Lalu Lintas pun rasanya disebutkan bahwa kereta api (~ kendaraan yang berjalan di atas rel mempunyai prioritas dalam persimpangan sebidang...). Jadi kalau ada tabrakan kereta api dengan “sesuatu”, maka mestinya “sesuatu” nya itulah yang salah; kenapa dia berada di jalur rel kereta api...
[2] Diadaptasi dari Murphy’s law, yang menyatakan bahwa kalau kecelakaan bisa/berkemungkinan untuk terjadi (karena adanya potensi bahaya dalam bentuk unsafe condition dan atau unsafe act), maka dia akan terjadi, walaupun kita mungkin tidak tahu kapan-di_mana-siapa yang akan terkena/mengalami kecelakaan itu.
[3] Test seperti ini sering dapat dilakukan secara sederhana. Misalnya test mengenai mabok tidaknya seseorang ―selain dengan mengukur kadar alkoholnya―, konon bisa dilakukan dengan menyuruh dia berjalan mengikuti suatu garis lurus: kalau dia jalannya mencang-mencong, nah dia lagi mabok tuh... Orang yang sedang kurang tidur (mengantuk), lelah dan atau kurang sehat akan dapat diketahui tingkat kesiapan kerjanya dengan mengukur variabel-variabel fisiologisnya dan mengukur tingkat konsentrasinya dengan menggunakan software yang dikembangkan oleh Om-G di LRSKE―ITB (a.k.a. Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi ― Institut Teknologi Bandung).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H