[4] Sederhananya, “waktu baku” adalah “waktu yang layak diberikan kepada sorang operator untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu,... dst...”. Waktu yang layak, jadi bukan waktu yang terlalu ketat yang para operator tidak bisa mencapainya, tetapi juga bukan waktu yang terlalu longgar di mana para operator bisa mencapainya tanpa perlu mengeluarkan usaha yang sungguh-sungguh... (ibaratnya sambil “tiduran” juga bisa!). Jangan kuatir, mestinya semua operator rata-rata dapat mencapai waktu baku ini. Operator yang berprestasi dapat mengerjakan pekerjaannya dengan waktu yang lebih kecil daripada waktu baku (dengan kata lain: menghasilkan lebih banyak produk), tetapi operator yang memblé mengerjakan pekerjaannya dengan waktu yang lebih panjang daripada waktu baku (dengan kata lain: menghasilkan lebih sedikit produk) selama jam kerja per hari.
[5] Asumsinya para karyawan bekerja antara pk.08.00-12.00 dan pk.13.00-16.00, di mana pk.12.00-13.00 adalah waktu istirahat, sholat dan makan siang.
[6] Kenapa sih harus rata-rata mingguan atau bulanan, dan bukan ditinjau ari pencapaian produksi harian masing-masing operator saja? Nah di sini juga ada “cerita di balik berita” nya. Tapi agar cerita kita pada artikel ini tidak terlalu ke sana-ke mari, “cerita di balik berita” nya kita bahas pada artikel yang akan datang saja ya? Kalau memang tertarik, tolong beritahu Om-G, karena kalau tidak diingatkan, Om-G suka lupa-lupa tuh...
[7] Tentunya yang diperhitungkan adalah jumlah produk yang memenuhi spesifikasi, sedangkan yang mengandung “product defect” tidak diperhitungkan (karena akan “berbahaya”: kalau “product cacat” ini ikut dihitung, maka para operator cenderung hanya akan mengejar jumlah tetapi tidak terlalu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan...).
[8] Hal ini pun mempunyai “efek samping”: Para operator diharapkan akan termotivasi untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi mereka. Tegasnya: kalau ingin mendapat upah yang lebih besar, tingkatkan prestasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H