Orientasi sistim pengenalan kampus kepada mahasiswa/i baru (Ospekmaru) kembali marak dilakukan. Dalam ingatan masyarakat luas, Ospek atau plonco selalu identik dengan hal-hal negatif.
Berbagai aksi anarkis, intimidasi sampai humor dilakukan untuk menunjukan kediktatoran seorang senior kepada junior. Stress mengingat masa dimana saya diperlakukan tidak adil oleh senior di zaman plonco konvensional, seakan Hak Asasi dirampok.
Ingin membalas, takut dipukuli rame-rame (keroyok) oleh para senior. Mau tidak mau, harus pasrah menerima tindakan negatif dan mengikuti semua agenda kegiatan tersebut.
Budaya plonco konvensional sering kali melahirkan dendam yang akan terus diingat. Bahkan mungkin dapat menjadikan trauma yang berkepanjangan. Hal ini yang menyebabkan lahirnya geng-geng kecil sendiri-sendiri di kampus disebabkan faktor like dan dislike.
Belajar dari kesalahan Plonco dengan motif dan metode konvesional, membuat saya berfikir membagikan beberapa tips kepada yang ingin menyelenggarakan Ospekmaru Modern yang beretika.
1. OSPEK BUKAN AJANG PERPELONCOAN.
Bertujuan menghindari arogansi, intimidasi dan pencabutan hak asasi sementara oleh para senior untuk membalas dendam kepada junior.
Disebabkan plonco sangat identik hal-hal tersebut diatas yang diwarnai dengan kekerasan, penghinaan dan perilaku negatif lainnya.
Untuk menunjang hal ini, ketua dan sekretaris panitia berhak memilih panitia dengan perilaku, penampilan, pergaulan yang baik disertai kecerdasan.
2. STOP MEMBERIKAN TUGAS TIDAK RASIONAL
Bertujuan membatasi pemberian tugas yang tidak rasional. Seperti menyerukan memakai rambut dikuncir dan diikat dengan tali rafia, rok dan celana dari karung goni, dsb.
Hal ini selalu dilakukan tiap hari dengan berbeda motif sesuai anjuran senior. Alhasil, tabungan ortu pasti berkurang untuk mengikuti kemauan senior yang tidak penting.
Sebaliknya, memberikan contoh cara berpakian yang baik dan rapi. Seperti memakai jas dan dasi, laiknya seorang profesional muda yang dipersiapkan menjadi seorang pemimpin.
3. MENGENALKAN BUDAYA BARU
Bertujuan menghindari kegiatan yang tidak bermanfaat dan terkesan monoton dengan sengaja menunjukan arogansi senior.
Namun memperkenalkan budaya kampus yang baik dan selalu dijunjung dan dijaga oleh civitas akademia selama ini, di mana nantinya rutinitas perkuliahan akan berjalan dengan teladan yang diajarkan oleh senior.
Seperti memperkenalkan budaya baru yang tentunya akan dijadikan bekal saat kuliah dilakukan. Contohnya; budaya berpakaian bebas yang baik, sopan dan rapi. Memperkenalkan cara menyapa dan berbicara sopan dengan tiap individu di lingkup kampus.
4. PENGEMBANGAN KEPRIDADIAN DAN KEMANDIRIAN
Bertujuan menjadikan Ospek Modern sebagai wahana pengembangan diri dan kemandirian yang berguna kemudian hari.
Contohnya, melatih cara tidur dan wake up yang baik dan teratur. Mengikuti kegiatan Ospek tidak diantar ortu atau saudara. Melatih cara memanfaatkan keuangan dengan baik, teratur dan tepat sasaran, agar dihindarkan dari budaya narkoba dan drugs.
Hal ini perlu dipertegas budaya mentoring yang beretika dan ditunjang dengan buku pedoman (buku saku) yang sudah didesign secara baik dan rapi dari panitia.
5. PEMBERLAKUAN BUDAYA WAJIB MEMBACA
Bertujuan menjadikan mahasiswa kutubuku dan kutuinfo dengan menghindari kemalasan membaca diwaktu jedah kegiatan dan aktivitas.
Budaya baru wajib membaca selama 2 jam tiap hari yang diatur dan diramu dengan agenda. Hal ini harus ditunjang kegiatan tanya jawab seputar buku/informasi yang dibaca.
Tentu dengan cara ini akan menjadikan mahasiswa/i yang jarang/malas membaca sebagai seorang yang rajin membaca.
6. MERUBAH TRADISI TINDAKAN ANARKIS DENGAN SELF-MOTIVATION
Bertujuan menghindari terjadinya tindak kekerasan represif yang membuat stress dengan hal-hal baru yang dapat memacu kerja otak untuk berfikir sebelum bertindak.
Hal ini disebabkan dengan hadirnya motivasi berbeda, berbagai alasan, berbagai karakter dan alasan salah memilih jurusan yang tentunya berasal dari berbagai pemikiran berbeda.
Ditambah pula dengan bertemunya beragam suku dan budaya dan dari daerah asal. Tentu memicu kesenjangan berfikir dan bertindak.
Untuk itu perlu melahirkan budaya baru dengan training motivasi dan pengembangan diri. Bila perlu mengundang motivator hebat dengan maksud mampu memberikan arahan positif yang berguna.
7. MENYIAPKAN MENTAL HADAPI LINGKUNGAN BARU
Bertujuan menghindari kekagetan dan ketidak-siapan di lingkup kampus dengan berbagai teori dan praktek penyiapan mental baja.
Wajib menceritakan sejarah kampus yang baik dan cerita menyenangkan. Meniadakan cerita-cerita yang terkesan menakut-nakuti untuk menghidari stress dan bete saat berlangsungnya kegiatan.
8. PELATIHAN SOFT SKILL
Bertujuan menghindari rasa minder, malu, dan tradisi kedaerahan yang selalu melekat dalam diri.
Hal ini perlu dimasukan dalam agenda, disebabkan pelatihan soft skill tidak pernah akan ditemui dan diajarkan dalam perkuliahan reguler. Pelatihan ini harus disertai dan ditunjang dengan teori dan praktek sederhana, seperti:
- Keberanian menampilkan pribadi yang apa adanya saat tampil di depan publik.
- Melatih kemampuan berpresentasi dengan baik dan benar.
- Melatih kemampuan tersembunyi yang selama ini takut diperlihatkan.
9. PELATIHAN KEPEMIMPINAN
Bertujuan melahirkan calon pemimpin dari almamater tempat menimba ilmu dengan beretika baik, sopan, santun, loyal, bijak dan bertanggung jawab.
Hal ini dapat dilakukan dan diasah dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dengan metode rolling head. Perlu juga ditunjang dengan materi dasar-dasar kepemimpinan terkait teori dan praktek dalam bentuk buku saku.
10. PELATIHAN BERSOSIALISASI DAN BERINTERAKSI
Bertujuan menghindari pergaulan yang monoton di dalam sebuah komunitas dan kelompok kecil yang diisi dengan kesamaan faktor kegemaran dan hobby disertai faktor like dan dislike.
Hal ini diharapkan dapat mendorong persertanya untuk mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik di lingkungan manapun ia berada. Agar kedepan dapat membina hubungan baik dengan siapa saja tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan.
Metode di atas sudah dibuat secara implisit maupun eksplisit, dengan mendepankan subjektifitas. Walau terlihat masih jauh dari kesempurnaan, namun inti dari semua ini bertujuan memperkenalkan Ospek Modern.
Sehingga Ospek Modern mampu melahirkan budaya baru guna menghindari tradisi-tradisi anarkis, intimidasi, dan tindakan-tindakan negatif lainnya yang disertai pencabutan hak asasi sementara selama kegiatan Plonco Konvensional berlangsung.
Demikianlah alamater tersebut akan melahirkan dan menumbuhkan budaya baru, "Runtuhnya Mitos Plonco Konvensional Dari Lahirnya Budaya Ospek Modern Yang Beretika."
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H