MIMPI ANAK YATIM PIATU
" Aduh pak-pak kamu ini udah tau kita ini sudah tua kamu masih saja mau berkerja yang berat-berat buat apa pak?, buat lanjutin sekolah keponakan mu itu? Iya buat dia percuma pak dia Cuma keponakan mu bukan anak mu jadi buat apa sekolah tinggi-tinggi ga guna"
" Aduh... ibu ini gimana sih kan kita sudah di amanahkan sama almarhum orang tua nya untuk menjaga dan merawat dia, jadi sudah kewajiban bapak untuk menyekolahkan dia sekuat dan semampu bapak buat ponakan bapak satu-satunya"
" Ya aku tau pak kalo kita diamanah kan buat menjaga sama mendidik dia, tapi ya buat apa bapak mengsekolahkan dia tinggi-tinggi kalo ujung-ujungnya juga jadi pengangguran? Bapak lihat tuh si Abdul anaknya pak Legiman udah lulus jadi sarjana dari 4 tahun yang lalu masih juga penggguran jadi percuma aja pak kalau bapak mau menyekolahkan dia itu tinggi-tinggi"
" Udah lah bu itu sudah menjadi keputusan bapak buat mengsekolahkan nya sampai menjadi sarjana dan dia mencapai impiannya bu, keputusan bapak ga bisa ibu ganggu gugat"
" Ya sudah terserah bapak saja dibilangin susah banget buat makan aja sulit ini lagi sok-sok an mau nguliahin keponakannya huhh dasar"
Aku tidak sengaja mendengaran percakapan antara pakde dan bude ku diruang tamu yang kecil, aku tau bahwa diriku ini hanya anak yang dititip kan oleh kedua orang tua ku yang sudah meninggal dari aku SD.
Aku sudah berkata ke Pakde bahwa aku tidak usah berkuliah tapi ia tetap memaksa ku, aku tau pakde sudah sangat renta untuk berkerja yang membuatku tak tega melihatnya terus berkerja untuk mengsekolahkan aku.
Ingin sekali rasanya aku membuang Impian ku dan tidak melanjutkan ke jenjang perkuliah an karena melihat perekonomian kami yang untuk makan sehari-hari saja  tampak begitu sulit.
Aku berjalan ke arah meja kecil yang berada di kamarku, aku mengambil buku yang selama ini menjadi tempat aku bercerita dan sebagai tempat aku menuliskan mimpi serta hal-hal yang aku harus lewati dan jalani.
Ku buka dan ku baca semua yang aku tuliskan di buku itu sampai lah di lembaran kertas yang dimana semua Impian-impian dan misi ku, diriku tak kuasa menahan air mata yang sudah perlahan turun.