Selama ini kita ribut simbol dan atribut agama tapi lupa esensi mengapa manusia harus beragama. Pemahaman kita keliru tentang pemimpin, pejabat, negara hubungannya dengan agama.Â
Hikmah, pelajaran dan manfaat dibalik mengapa Allah menghendaki Ahok.
Pertama, hakikat gubernur bagi rakyat adalah pembantu atau pelayan. Pejabat yang mengurusi dan mengelola kebutuhan majikannya (rakyat). Ahok minoritas tapi memiliki kemampuan, berpengalaman, berani dan jujur.
Jakarta kota yang kaya raya, ketika minoritas yang mengelola dan mayoritas mengawasi jalannya pemerintahan dengan semestinya, minoritas sebagai pengelola tidak akan pernah berani mencoba-coba melakukan penyelewengan. Maka, jalannya pemerintahan akan sehat dan bermanfaat bagi mayoritas umat.Â
Allah SWT sedang mengingatkan bahwa gubernur adalah sekedar pelayan, administrator bukan imam.Â
Kedua, Seandainya Ahok itu muslim, bisa jadi akan sangat berbahaya. Efek buruknya bagi masyarakat akan jauh lebih besar dan merusak aqidah.
Mengapa begitu? Fakta, bahwa sebagian masyarakat muslim masih banyak yang irrasional percaya tahayul, klenik dan mengangung-agungkan sesama manusia melebihi nabi-nabinya. Seperti contoh, sekelompok umat muslim yang menjadikan Erdogan sebagai junjungan seolah-olah pemimpin muslim yang sempurna. Padahal Erdogan juga memiliki kekurangan yaitu sifat diktaktor dan suka kemewahan. Pun, bagi pemujanya kenyataan itu diabaikan.Â
Kejadian beruntun sekelompok umat muslim yang irrasional karena tertipu Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan Aa’ Gatot Bradjamusti adalah kenyataan kondisi sosial sebagian umat muslim di Indonesia yang mudah terperdaya. Irrasional bisa menjangkiti siapa saja. Bukan saja orang-orang biasa, bahkan ilmuwan ICMI bergelar doktorpun bisa kehilangan akal sehatnya.Â
Apa hubungannya kondisi sosial masyarakat yang irrasional itu dengan Ahok?
Bayangkan saja! Ahok yang non muslim, karena sepak terjangnya bisa mempunyai pengikut riil di Jakarta 1 juta manusia, belum lagi yang tersebar diseluruh Indonesia. Harus diakui, sifat Ahok memenuhi kriteria tanda-tanda sebagai ‘Waliyullah’ yaitu ‘tidak mempunyai rasa takut dan tidak mempunyai rasa kawatir’. Bagaimana jika Ahok itu bukan keturunan tionghoa, santun dan muslim dengan tutur kata bahasa yang halus menghanyutkan seperti Anies, ganteng seperti Agus dan kesehariannya bersorban seperti Abu Jahal. ^_^
Peluang Ahok dipuja-puja dan menjadi junjungan akan jauh lebih dahsyat. Bisa-bisa Ahok dibaiat jadi wali ke 11 setelah Gusdur. Seandainya gubernur sebagai pelayan itu juga Waliyullah, bagaimana kita bisa mengingatkan dan mengkritisinya?Â