Setelah orde baru dan orde reformasi, kiprah dan kisah fenomenal mereka, menjadi tanda bergantinya era dari reformasi ke extraordinary people, yaitu era Jokowi dan Basuki.Â
Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama satu visi, yang membedakan mereka hanya cara memenej emosi. Mereka berdua meyakini, pangkal masalah terbesar bangsa ini adalah  KORUPSI YANG DIFASILITASI OKNUM-OKNUM BIROKRASI.
Korupsi tidak akan pernah bisa terjadi kalau tidak ada oknum yang memfasilitasi. Dan yang memiliki kewenangan mengeksekusi anggaran adalah birokrasi.
Begitu sulitnya lulus seleksi pegawai negeri. Pegawai Negeri adalah manusia-manusia terpilih yang memegang kendali, tugas dan fungsi birokrasi. Mereka memiliki kepandaian diatas rata-rata kebanyakan masyarakat Indonesia, bahkan kepala daerahnya. Seandainya mereka tidak takut Tuhan, dengan ilmu, pengalaman dan kewenangannya, mereka akan menjadi mahluk yang sangat berbahaya.
Sangat tidak mudah memenej birokrasi dan masyarakat sipil Jakarta walaupun kajian dan teori para ahli telah tersedia. Gubernur DKI berganti-ganti dari jenderal ke jenderal hingga doktor ahli tata kota lulusan manca negara. Mereka tak berdaya menyelesaikan masalah-masalah klasik dan ganasnya ibu kota. Mereka tak mampu mengatasi culas dan liciknya aksi oknum-oknum birokrasi yang santun-santun tapi bermental pencuri. Mengelola DKI, dibutuhkan manusia tidak sekedar pandai dan berani mati, tapi manusia yang memiliki kualifikasi extraordinary.
Jokowi telah meletakkan pondasi. Estafet mandat mengelola ibu kota menjadi tanggungjawab Basuki. Daftar panjang keberanian dan ketegasan tanpa ragu mengeksekusi kebijakan, merevolusi birokrasi, meningkatkan pelayanan demi Jakarta baru telah dibuktikan. Dengan jurus pecat, pecat, pecat-nya, komitmen Basuki perang melawan korupsi di birokrasi telah teruji dan terbukti.Â
Pilgub DKI Jakarta adalah saatnya warga mengevaluasi kinerja Basuki. Bukan ajang menilai agama dan suku gubernurnya. Merupakan momentum warga Jakarta menentukan, apakah mandat itu akan dilanjutkan.
Seandainya warga menginginkan yang baru coba-coba atau yang ahli bicara dan Basuki tak lagi di balikota, maka birokrat bermental penjahat yang tidak pernah peduli rakyat akan kembali berpesta pora.Â
Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama, fenomena Soeharto kembali berulang. Bertebaran sticker bergambar Basuki Tjahaja Purnama bertuliskan “Gimana Kabar Bro? enakan Jaman gue kan?"^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H