Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tatkala Tak Ada Lagi Ahok di Balaikota

29 September 2016   09:16 Diperbarui: 30 September 2016   07:58 2434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

- Desentralisasi

Otonomi daerah dan desentralisasi anggaran, masing-masing daerah berhak mengurus dan menentukan keinginannya sendiri. Ekses buruknya tidak sedikit kepala daerah yang masuk bui karena tersandung kasus korupsi.

Sesuai dengan falsafah reformasi, desentralisasi mestinya dilakukan bertahap tidak ujug-ujug. Anggaran pembangunan yang sentralistik seperti era orde baru, ternyata ada sisi positifnya. Daerah dan masyarakat menerima barang dan manfaat sesuai dengan kebutuhannya. Tidak berbelanja sendiri sesuka hati, hingga USB katanya berfungsi UPS pun dibeli. ^_^  

Pergeseran politik anggaran dari sentralistik ke desentralisasi yang tiba-tiba, seperti banjir bandang. Menerjang, meluluh lantakkan moral dan mental di segala lini jabatan. Mulai dari politisi, pejabat, birokrasi, akademisi tidak peduli bergelar master, doktor, phd hingga profesor.

Para ahli dan pemerintahan reformasi yang mendesain desentralisasi, demokratisasi dan kebebasan berekspresi dilaksanakan pada waktu yang bersamaan, bingung dan gagap. Pada kenyataannya hasilnya jauh dari ideal, dampak buruknya justru yang dominan. Mereka lupa sebaik apapun sistim, seharusnya yang perlu dipersiapkan terlebih dulu adalah mental manusianya.

Oknum-oknum politisi dan pejabat hasil pemilihan era reformasi menganggap saatnya giliran mereka, bancakan anggaran sebagai bentuk balas dendam terhadap rezim orba. Uang yang begitu besar digelontorkan ke daerah seperti air bah akhirnya mubah karena dikelola orang-orang serakah dengan cara yang salah.

Kondisi tersebut membuat pemerintah dan para ahli kemudian membidani lahirnya lembaga adhoc KPK untuk mencokok pejabat dan politisi yang hobi mencuri. 

Akumulasi ekses negatif yang timbul di era reformasi dan tidak terlihat kapan berakhir, membuat publik sangat kecewa bahkan hopeless. Pemerintah, pejabat, aparat, partai politik dan politisi tidak ada lagi yang bisa dipercaya.

Era extraordinary crime, extraordinary people

Disaat krisis kepercayaan hampir mencapai puncaknya, Tuhan YME mengasihani bangsa Indonesia. Atas Kehendak-Nya, munculah sosok Joko Widodo & Basuki Tjahaja Purnama. Politisi, Pejabat pemerintah yang dapat dipercaya.

Mereka berdua extraordinary people yang memiliki kesamaan bawaan lahir, dikaruniai “gift” oleh Tuhan YME. Selain bersih dan memiliki etos kerja yang tinggi, leadership ala mereka tidak bisa dipelajari diperguruan tinggi sehebat apapun. Jokowi & Basuki Tjahaja Purnama bukan saja memiliki ketegasan, keberanian dan tidak takut mati. Lebih dari itu, mereka TIDAK PUNYA RASA KHAWATIR keselamatan dirinya dan keluarganya. Siap menjadi martir demi menegakkan keadilan. Menurutnya mati adalah keuntungan.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun