Cita-cita Ahok untuk PBB rumah tinggal Rp. 0,- akan sangat menolong warga Jakarta. Warga bisa saving yang otomatis taraf hidup dan kesejahteraannya meningkat.
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya. Kebijakan bebas BPHTB dan bebas PBB untuk rumah tinggal akan meminimalisir warga Jakarta menjadi warga pinggiran dan terpinggirkan. Selama ini warga Jakarta terpaksa menjual tanahnya dan pindah karena tidak mampu lagi membayar pajak tempat tinggalnya. Kebijakan Ahok adalah melindungi dan berpihak pada warga Jakarta khususnya masyarakat betawi yang mendapatkan warisan tanah dari nenek moyangnya. Â
Kebijakan tersebut berdampak menurunkan pendapatan daerah secara signifikan. Tapi atas nama keadilan demi warga Jakarta, tetap dilakukan Ahok.
Bukan Ahok kalau tidak punya solusi. Ahok melakukan inovasi dan diskresi untuk meningkatkan pendapatan daerah dari sumber-sumber lain. Seperti kontribusi, kontribusi tambahan dari pengusaha serta pengembang, pendapatan parkir dan lain-lain.
Selain kebijakan tersebut, fakta keberpihakan Ahok agar warga memiliki lahan bisa dilihat dari kebijakan rumah susun, sewa kios dan los pasar tradisional, lapak PKL yang murah sehingga warga semakin baik kesejahteraan serta kualitas hidupnya.
Dengan berpedoman ajaran confucius, nasionalisme Ahok tak perlu diragukan lagi. Pertama, Korupsi dan perilaku korup melemahkan mental bangsa kita. Sementara Ahok memberi teladan. Menjadi pejabat harus lurus dan sederhana. Kedua, KJP dari SD hingga perguruan tinggi bahkan akan dikembangkan KJP untuk pendidikan usia dini adalah cita-cita Ahok menyiapkan generasi dengan SDM yang berkualitas menghadapi persaingan global. Ketiga, kebijakan BPHTB, PBB serta sertifikat akan meningkatkan kesejahteraan dan melindungi warga Jakarta yang berpotensi terpinggirkan karena tidak mampu membayar pajak. Sewa los, kios dan lapak PKL yang terjangkau adalah keberpihakan kepada masyarakat bawah agar dapat bersaing dengan pemilik modal besar.
Pada akhirnya. Bukan suku, warna kulit dan agama yang bisa menyebabkan seseorang menjadi antek ASING atau ASENG tapi KESERAKAHAN dan KETAMAKAN MANUSIA.
Masih yakin Ahok adalah Aseng?
Sebelum menyebarkan keburukan orang lain, TABAYYUN! Agar kita obyektif menyimpulkan apakah pengetahuan dan pemahaman kita terhadap seseorang sudah benar.Â
Konsekuensi menyebarkan berita tidak benar apalagi fitnah terhadap seseorang, akan menjadi DOSA JARIYAH.
Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikutinya. Dan mereka sama sekali tidak diberi keringanan adzab karena dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn Katsir, 4/566).