1999 Golkar kritis karena faktor eksternal. Dan Akbar Tanjung berhasil meyakinkan kader-kader ideologis melewati masa sulit. Di tahun 2014 Kepemimpinan ARB justru sukses menyemai benih-benih krisis internal. ARB sukses menabur angin dan Golkarpun menuai badai memasuki masa kritis ke II.
Benih-benih kisruh Golkar diawali oleh apa yang dilakukan ARB di Munas Bali serta bagaimana ARB memperlakukan kader-kader Golkar yang berbeda pendapat. Pelaksanaan Munas Bali yang tidak fair, tidak demokratis dan adanya politik uang. Kekecewaan yang bertumpuk-tumpuk menjadikan kader-kader idealis & ideologis seperti Nusron Wahid, Poempida H, Agus Gumiwang K melakukan perlawanan. Perbedaan itu tidak diselesaikan secara bijak oleh ARB. Bahkan kader-kader muda potensial itu diganjar pemecatan.
Seandainya saja ARB menyadari, kepengurusan DPD di Tingkat I dan II sebenarnya telah mempersiapkan kepengurusan baik versi ARB maupun AL, sebagai antisipasi siapapun yang menang tidak perlu ada kisruh lanjutan di tingkat I & II. Artinya kekisruhan itu hanya di level DPP. Mestinya ARB tidak perlu repot-repot mengkondisikan dan memanipulasi peserta Rapimnas dengan uangnya agar tidak setuju diadakan Munas Bersama. Tidak perlu ngotot dan berdebat siapa benar atau salah menurut AD/ART & hukum yang berlaku.
Yang dibutuhkan seorang ARB menghadapi dan menyelesaikan masa kritis ke II adalah sikap gentle, benar-benar mempunyai niat tulus peduli keberlangsungan Golkar dan percaya diri atas prestasinya sehingga layak dipertahankan dalam Munas Rekonsiliasi semata-mata untuk menyelamatkan Golkar dari kehancuran.
Â
Kalau ARB pede dan mau tapi lho ….. ^_^
Â
Â
Â
foto:viva.co.id
Â