Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bersepeda Menyusuri Jejak Masa Tersembunyi di Kuala Lumpur

25 Maret 2018   10:03 Diperbarui: 25 Maret 2018   15:00 2503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bike with Elena, alternatif wisata sejarah Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)

Kami datang satu jam lebih lambat dari janji pertemuan dengan Elena  karena menunggu beberapa kawan yang perjalanannya tersendat oleh  kemacetan di Senin pagi ke tempat berkumpul di Malaysia Tourism Centre  (MaTiC). Matahari mulai meninggi. Agar tak berlama-lama terpapar matahari, Elena mengajak kami untuk berkumpul di seberang Kuala Lumpur City Gallery.

Ia mengenalkan dirinya dan dua lelaki yang menemaninya pagi itu, Sin  Tai Lim dan Kookkeong Fong a.k.a KK. Mereka bertiga akan mengawani kami  dari rombongan media, blogger, dan influencer yang diundang oleh Kuala Lumpur Tourism dan Gaya Travel Magazine; berkeliling Kuala Lumpur dengan bersepeda.

Elena Mei Yun yang  senang bepergian dengan bersepeda, mengenalkan Bike with Elena dengan mengemas paket perjalanan wisata bersepeda di Kuala Lumpur dan sekitarnya sejak 2015 lalu. Untuk memudahkan pejalan, Elena juga  menyediakan sepeda untuk dipinjamkan.

Karena pagi itu semua sepedanya sudah keluar, kami diberi kemudahan mendapatkan sepeda dengan menggunakan sharing bike yang ada di Kuala Lumpur. Untuk itu, Elena memastikan kami sudah mengunduh aplikasi oBike dari Apps Store atau Play Store di gawai masing-masing karena  aplikasi inilah yang akan digunakan meminjam sepeda.

Ia lalu mengajak  kami berjalan ke samping KL City Gallery, ke tempat parkir sepeda.  Sepeda-sepeda yang ada di sana masih terkunci. Untuk membuka kuncinya, calon pengguna harus memindai kode QR yang ada pada sepeda yang akan  dipakai lewat aplikasi oBike.

Biaya sewa sepeda selama 30 menit hanya RM  1. Tak mahal. Bayarnya dari dana yang tersimpan di dalam dompet akun  pengguna oBike. Jadi, pastikan untuk mengisi dompet sebelum digunakan.

Sharing bike yang dikelola oleh oBike Malaysia (dok. koleksi pribadi)
Sharing bike yang dikelola oleh oBike Malaysia (dok. koleksi pribadi)
Sebelum mengayuh, Elena memberikan  petunjuk singkat tata cara bersepeda di keramaian. Bagi yang tak  terbiasa mengayuh di keramaian, dia menyarankan untuk tak lepas dari  rombongan. Dirinya akan mengayuh di depan sebagai pembuka jalan,  sementara Sin dan KK sebagai traffic man yang bergantian mengayuh di depan dan belakang, mengatur dan mengawasi lintasan yang dilalui di sepanjang perjalanan.

Kayuhan pertama dimulai dari KL City  Gallery menyuri Jl Raja. Bagi pejalan yang terburu-buru sehingga tak  banyak waktu untuk berkeliling kota, dapat berkunjung ke KL City Gallery  untuk mengenal sejarah Kuala Lumpur dan perkembangannya dalam waktu  singkat. Di depan Dataran Merdeka kami berhenti. 

Di sini Elena  menceritakan sejarah tempat dan bangunan lama yang masih berdiri gagah  di sekitar Dataran Merdeka seperti Gedung Sultan Abdul Samad,  Gereja Katedral St Mary, The Royal Selangor, Masjid Jamek juga sejarah  berdirinya Kuala Lumpur di pertemuan dua sungai Gombak dan Klang.

Tim Bike with Elena, ki-ka Elena, Sim, dan KK (dok. koleksi pribadi)
Tim Bike with Elena, ki-ka Elena, Sim, dan KK (dok. koleksi pribadi)
Di perempatan Jalan Raja dengan Jalan Tun Perak, kami menunggu lampu lalu  lintas berganti ke warna hijau lalu belok kanan ke Jl Tun Perak yang  ramai dan belok kiri ke Lorong Tuanku Abdul Rahman hingga berhenti di  depan Masjid India di mulut Lorong Masjid India 4. Masjid India adalah  salah satu masjid tertua yang masih berdiri di Kuala Lumpur di samping  Masjid Jamek, dibangun oleh pedagang muslim India yang tinggal dan  membuka usaha di sekitar Jl Batu (sekarang Jalan Tuanku Abdul Rahman). 

Kemudian Elena mengajak kami mampir ke salah satu gerai busana yang menjual  berbagai macam busana tradisional Melayu.

Keluar dari kawasan India, kami kembali mengayuh sepeda menuju Chow Kit.  Kebetulan sekali, selama di Kuala Lumpur saya menginap di daerah yang  namanya diambil dari nama seorang pengusaha tambang Cina yang terkenal  pada abad 19; Loke Chow Kit.

Bersepeda di sini serupa mengayuh sepeda ke  Bendungan Hilir (Benhil) yang kiri kanannya banyak kedai makanan  Indonesia dari Restoran Padang Sederhana, Kedai Ayam Penyet, Bank Rakyat  Indonesia, gerai pulsa Telkomsel, dan lainnya.

Kami memarkir sepeda di  depan Pasar Chow Kit dan memasuki pasar basah yang besar dan terkenal di  Kuala Lumpur ini. Makin berasa mengubek-ubek pasar Benhil bertemu  dengan sebagian besar penjual yang masih keturunan Indonesia sehingga  yang terdengar suara-suara dengan dialek tak asing. Barang-barang  yang dijual pun banyak dijumpai di keseharian pasar basah di Indonesia. Untuk mengurangi haus, saya memesan satu cup Es Cendol Pulut yang  kedainya bersebelahan dengan kedai Sate Padang Takanajuo. De javu!

Suasana di Pasar Chow Kit, Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)
Suasana di Pasar Chow Kit, Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)
Sesekali ketika melewati lorong kecil kami harus menuntun sepeda (dok. koleksi pribadi)
Sesekali ketika melewati lorong kecil kami harus menuntun sepeda (dok. koleksi pribadi)
Puas berkeliling di dalam pasar, kami kembali mengayuh. Tungkai kaki  mulai terasa pegal, rasanya ingin berjalan kaki saja mendorong sepeda. Kayuhan saya mulai sedikit melambat, tapi bertemu jalan menurun sengaja  mengayuh lebih kencang agar tak tertinggal.

Bersyukurlah di tujuan akhir  kami hari itu bisa duduk sedikit lebih lama dan meluruskan kaki di  pekarangan rumah tradisional Melayu di kampung modern Melayu abad 19,  kampung Melayu tertua di Malaysia; Kampung Baru.

Yuk bersepeda di Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)
Yuk bersepeda di Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)
Mengayuh 10 km tak terlalu jauh. Tapi mengayuh sejauh itu di bawah  paparan sinar matahari hampir 40 derajat celcius setelah 3 (tiga) tahun  lebih tak mengayuh pedal sepeda adalah sebuah perjuangan! Ingin mengenal  Kuala Lumpur lebih dekat? Bersepedalah ke kawasan-kawasan sederhana,  ke daerah yang tercatat dalam sejarah berjaya pada masanya, yang masih  terus bertahan meski telah dikangkangi gedung-gedung pencakar langit.  Agar tak tersasar hubungi saja kawan bersepeda saya, Elena. Dia dengan  senang hati akan mengawani kamu bersepeda di Kuala Lumpur, saleum  [oli3ve].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun