Keluar dari kawasan India, kami kembali mengayuh sepeda menuju Chow Kit.  Kebetulan sekali, selama di Kuala Lumpur saya menginap di daerah yang  namanya diambil dari nama seorang pengusaha tambang Cina yang terkenal  pada abad 19; Loke Chow Kit.
Bersepeda di sini serupa mengayuh sepeda ke  Bendungan Hilir (Benhil) yang kiri kanannya banyak kedai makanan  Indonesia dari Restoran Padang Sederhana, Kedai Ayam Penyet, Bank Rakyat  Indonesia, gerai pulsa Telkomsel, dan lainnya.
Kami memarkir sepeda di  depan Pasar Chow Kit dan memasuki pasar basah yang besar dan terkenal di  Kuala Lumpur ini. Makin berasa mengubek-ubek pasar Benhil bertemu  dengan sebagian besar penjual yang masih keturunan Indonesia sehingga  yang terdengar suara-suara dengan dialek tak asing. Barang-barang  yang dijual pun banyak dijumpai di keseharian pasar basah di Indonesia. Untuk mengurangi haus, saya memesan satu cup Es Cendol Pulut yang  kedainya bersebelahan dengan kedai Sate Padang Takanajuo. De javu!
Bersyukurlah di tujuan akhir  kami hari itu bisa duduk sedikit lebih lama dan meluruskan kaki di  pekarangan rumah tradisional Melayu di kampung modern Melayu abad 19,  kampung Melayu tertua di Malaysia; Kampung Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H