“Aku harus buktikan pada mereka, apapun yang telah diperbuat atas diriku, aku harus bisa lebih berharga daripada mereka, meskipun hanya sebagai Nyai. Sekarang Sanikem sudah mati, yang ada adalah Nyai Ontosoroh.”
Karena kehormatan dan jabatan, Sastrotomo seorang jurutulis pabrik gula Tulangan-Sidoarjo rela menjual Sanikem anak gadisnya sebesar 25 gulden kepada Tuan Herman Mellema. Sejak itu rasa hormat sang anak kepada ayahnya hilang dan dia tidak pernah mau menemui orang tuanya walau dibujuk tuannya. Sanikem dijadikan Nyai oleh Tuan Mellema diajarkan bahasa Belanda, membaca media Belanda, belajar budaya dan hukum Belanda serta cara berdandan dan memilih warna yg cocok. [caption id="attachment_98238" align="aligncenter" width="300" caption="Mellema menggendong Sanikem"][/caption] Lambat laun, setelah pindah ke Wonokromo sang Nyai dipercaya mengelola perusahaan milik Mellema “Boerderij Buitenzorg". Dia dikenal sebagai Nyai Buitenzorg namun lidah pribumi yg kesulitan untuk mengeja bahasa Belanda; mereka memanggilnya Nyai Ontosoroh. Dari rahimnya lahir 2 anak Mellema : Robert Mellema dan Annelies Mellema yg oleh pengadilan hukum tidak diakui sebagai anaknya. Perjalanan hidupnya diangkat ke dalam koran lokal berbahasa Belanda oleh Minke seorang siswa HBS yang kemudian menjalin asmara dengan Annelies atas persetujuan Nyai Ontosoro. [caption id="attachment_98241" align="aligncenter" width="300" caption="Nyai Ontosoroh & Tuan Mellema"]
"Kita telah melawan Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."
"Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh" diangkat dari roman Bumi dan Manusia dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Terlepas dari sedikit salah sebut nama, Sita Nursanti tampil total memerankan Nyai Ontosoroh di Teater Salihara Jumat (25/3). Selepas pementasan yang sukses hingga ke negeri Belanda tahun lalu, Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh kembali dipentaskan selama 2 (dua) malam berturut-turut di Teater Salihara, Jakarta. [olive] catatan : tidak diperbolehkan memotret, foto diambil dari pertunjukan tahun lalu di Erasmus Huis, Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H