Mohon tunggu...
Black Horse
Black Horse Mohon Tunggu... -

Black Horse; Nomaden, Single Fighter Defence.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

FPI, Kurang Peka Kah Soalnya? Atau Jangan-jangan...

20 Juli 2013   11:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:17 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika itu, jam sepuluh malam lebih sedikit pada Senin, 27 September 2010, sebuah pesan sms sampai ke banyak tokoh dan sarjana agama berpengaruh di Jakarta. Isinya panjang, membuat sebagian yang menerimanya berpikiran bos besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, bakal lepas peci dan menjadi sastrawan penulis novel kritik-budaya. Tapi, mengingat yang mengirim Sang Habib, mereka tetap membacanya. Dan saat mereka sampai di kata terakhir, mereka tahu Rizieq tetaplah Rizieq yang kenal: vokal, tak mengenal takut.

"FPI Mohon doa." Begitu di awal sms disusul informasi bersanggul tanda pentung dan barisan huruf kapital yang menyembul sebentar-sebentar seperti mata gergaji. Mereka yang diopname di rumah sakit di Singapura enam bulan terakhir mungkin perlu waktu sejenak untuk tahu beberapa singkatan di dalamnya:

"Bismillaah! Laa Haula wa Laa Quwwata Illaa Billaah! Allaahu Akbar!

Indonesia bukan Negara Setan, tapi Negara dengan DASAR Ke-Tuhanan & Kemanusiaan yang menjunjung tinggi norma AGAMA. Tidak ada tempat di Indonesia bagi segala bentuk penyimpangan dan kesesatan yang bertentangan dengan AGAMA dan DASAR NEGARA RI.

Karenanya, FPI dan LPI Jakarta sedang berjuang menghentikan KAMPANYE KEMAKSIATAN & PERZINAHAN & HOMOSEKSUAL & LESBIANISME di Indonesia dengan nama Festival Internasional Homo dan Lesbi yang disponsori oleh KONTRAS-GRAMEDIA-TIM-DKJ-LBH-KPI & LSM LIBERAL dengan DANA ASING dan digelar oleh Kedubes AS, Belanda, Perancis, Jerman & Jepang serta direstui oleh Kementrian KOMINFO RI.

KAMPANYE SESAT tersebut dimulai Rabu 29 September 2010 di GoetheHaus - Jakarta, selanjutnya akan digelar di seluruh Indonesia, dengan acara Putar FILM PORNO tentang Homo & Lesbi, KONTES Homo & Lesbi, PERKAWINAN Homo & Lesbi, PEREKRUTAN anak muda untuk dijadikan Homo & Lesbi, dan acara sesat lainnya.

Kantor Berita BBC & AFP telah memberitakan bahwa untuk pertama kalinya di dunia, Festival Film Homo & Lesbi diadakan di Negara Mayoritas Muslim yaitu INDONESIA.

Ayo, ikut AKSI FPI ke GoetheHaus, ErasmusHuis, Center Cultural Francais, Japan Foundation & Yayasan Q-Munity Kesetaraan Indonesia selaku Panitia Penyelenggara, Selasa 28 September 2010 jam 9 pagi, kumpul di Kantor DPD FPI Jakarta di Tebet. Ayo Gabung dengan FPI ganyang PENYEBAR MA'SIAT & PENGUNDANG LAKNAT yang telah mengebiri Pemerintah RI dengan KEKUATAN ASING dan DALIH HAM. Ayo, Selamatkan Indonesia! Hidup Mulia atau Mati Syahid!"

Kru media dapat tembusan sms ini. Begitu pula penyelenggaran festival dan organisasi yang mensponsori.

Esoknya, FPI menepati janjinya. Di GoetheHaus di bilangan Menteng, seratusan anggota FPI berdemo dengan seragam putih, membawa aneka poster. Gambar-gambar pasangan lelaki berpelukan. Lelaki menjilat lelaki. Tentu saja teriak-teriakan kecaman.

Pesan mereka sampai. Setidaknya, beberapa film batal diputar. Tapi di luar mereka, FPI dipandang sebagai biang keladi. Kecaman seperti ombak yang sampai ke pantai. Koran Inggris, The Guardian, waktu itu menggunakan kata "hardlines", kelompok garis keras, untuk FPI tapi menahan diri untuk menilai mereka yang memprakarsai festival film gay dan lesbian itu di tengah mayoritas Muslim Indonesia.

Di internet, di forum-forum pembaca, sejumlah orang seolah menyiapkan kebon binatang caci maki untuk FPI. FPI, kata mereka, adalah kelompok fundamentalis. Badut, kata sebagian. Preman, bodoh, dan masih banyak lagi. Ada yang menyesalkan kenapa polisi tak "mengenyahkan" saja mereka. Ada yang memancing kecemasan dengan bilang: Indonesia sebentar lagi jatuh dalam "situasi Taliban". Ada yang menantang dan berdoa agar "lebih banyak gay" di Indonesia. Ada yang mengungkap "dosa-dosa abadi" FPI: perusak bar dan tempat disko.

Dan terbaru, sweeping judi togel FPI Kendal pada Kamis, 18/07/13, diwarnai bentrokan dengan warga. Ribuan warga yang tidak terima dengan sweeping mengamuk dan balik menyerang ratusan massa FPI.

Akibatnya beberapa orang terluka, dan seorang Ibu meninggal karena ditabrak mobil ormas anti maksiat itu.

Menurut Ketua Divisi Advokasi DPD Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah Zaenal Abidin Petir kepada Merdeka.com, usai sweeping judi togel, puluhan anggota FPI berencana melakukan pawai ke sebuah lokalisasi bernama Alas Karet atau Alaska. Namun naas, saat rombongan FPI menuju ke sana, iring-iringan "polisi syariat" ini diserang massa.

Kini kondisi Sukorejo sudah aman dan terkendali. Sebanyak 26 anggota ormas FPI diperiksa polisi, dan 3 orang ditetapkan sebagai tersangka.

Sekali lagi, akibat tragedi Kendal itu, FPI panen hujatan dan caci maki, persis saat ormas itu berjuang menghentikan KAMPANYE KEMAKSIATAN & PERZINAHAN & HOMOSEKSUAL & LESBIANISME tiga tahu lalu. Bahkan kali ini banyak yang menjurus minta agar pemerintah membubarkan ormas yang diasuh Habib Rizieq itu.

Tapi di balik peristiwa ini, dan jika informasi Zaenal Abidin Petir diatas benar dan bisa dipercaya, ada sesuatu besar yang dilalaikan,  ketakpekaan masyarakat dan aparat kepolisian. Pihak terakhir dalam kekisruhan ini adalah polisi. Polisi, khususnya di bulan Ramadhan seyogyanya sudah menertibkan maraknya judi togel dan kawasan lokalisasi Alaska sebelum ormas syariat itu perlu sebuah demonstrasi dan Sweeping.

Namun pada saat yang sama, FPI juga tak bisa dengan gegabah menggebah emosi seluruh masyarakat Indonesia dengan menganggap Indonesia  negara mayoritas Muslim dan Muslimin perlu dihormati sehingga bertindak diluar etika dan ajaran Islam.

Bukankah FPI di Kota Serang, Banten, bisa bekerjasama dan bergandengan dengan aparat kepolisian melakukan pendekatan persuasif  sehingga warga kota Serang dapat menjalani ibadah Ramadhan dengan tenang dan tentram? TAPI mengapa di Tegal, ormas yang sama malah menciderai etika amr maruf dan nahi munkar? Kurang peka kah soalnya? Atau jangan-jangan . . .  [BH]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun