Mohon tunggu...
Olan Simanjuntak
Olan Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Muda dan ingin berkarya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ibu, di Dadamu Ku Berpeluk

17 Agustus 2010   18:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:56 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu, di dadamu ku berpeluk...

sudah sekian lama kunikmati gizi dari susumu...

bukan aku saja ibu.

Bermacam raga kau rengkuh di sana,

kau gemukkan dengan daging dan nafasmu.

Ah, tapi banyak juga yang kurang ajar ibu.

Bilang lapar, tapi dengan serakah menjarah

sudah kenyang menimbun pula

Tak peduli dengan sesama yang lapar meminta

Ibu, matamu berabad menerawang

jutaan peristiwa yang merahim di ragamu

Bukan muda lagi sejak kau merdeka

kau ingatkah ibu? Peristiwa miris yang tak seharusnya tak lagi kuucap

raga-raga kasar yg mencabik mahkotamu

mengatasnamakan dagang, rempah, company  dan mulut manis merayumu

Tapi durja dan nista yg mereka tinggalkan

dan penjajahan yang membuat kau terluka

Ibu, betapa kau menerima semua dengan lapang dada

mulut tetap tersenyum, meski menyisakan darah dan airmata

kau bangkit dengan sejuta harap Bukankah masa depan selalu ada?

Itu yang selalu kau ucap

Ibu, kubersujud dipangkumu

rasa berdosa dan gelisah membuncah,

di hari bahagiamu tangis ternyata masih tersisa

Ibu, Ibu, sudahkah kau merasa merdeka?

sudahkah bahagia yang seharusnya milikmu kini benar-benar milikmu?

Ah ibu, senyum apa yang engkau pamerkan itu?

Seyum kasih yang menutup derita?

masihkah kau tetap berharap ibu?

Ibu, masih banyak luka di ragamu

Belum pulih, karna masih banyak manusia durja yang berkarya

Bilang lapar, tapi dengan serakah menjarah

sudah kenyang menimbun pula

Tak peduli dengan sesama yang lapar meminta

Ibu, di pangkumu kubersujud

Setulus hati kuberucap...

Selamat ulangtahun bunda

Ku tau seyummu abadi

harapmu tidak akan pernah sirna

Bukankah masa depan selalu ada?.....................

(Dirgahayu RI tercinta. Entah kapan negeri ini benar-benar merdeka, tapi bukankah masa depan selalu ada?)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun