Mohon tunggu...
Oky Nugraha Putra
Oky Nugraha Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Padjadjaran

Alumnus Prodi Sejarah Unpad. Hobi membaca, menulis, olahraga (bersepeda, jogging, sesekali hiking), tertarik pada dunia kesejarahan (sosial-budaya, politik-militer).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengalaman Pribadi tentang Gempa Cianjur 21 November 2022

7 Januari 2023   15:30 Diperbarui: 8 Januari 2023   03:22 3352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SURVEI PENDAHULUAN. Yayasan Historika Indonesia melakukan survei lapangan terlebih dahulu sebelum menyalurkan donasi ke korban gempa Cianjur. Dokpri

Saya hampir lupa. Kampung Buniaga, Desa Ciherang, Pacet menjadi salah satu wilayah yang kurang terakses bantuan dikarenakan mungkin daerahnya yang agak tersembunyi, nyumput. Padahal, di sana tingkat kerusakan cukup parah sehingga ketika saya menemani rombongan donatur dari Depok bersama salah satu kawan SMA, kita menyaksikan sendiri hancurnya wilayah itu.

"Ieu teh nuju ngadamel sababaraha tenda peleton hasil sumbangan ti para donatur," ujar kakak tingkat saya yang dari Panembong di atas.

Memang, kampung tersebut merupakan kampung halaman dari istrinya. Lebih jauh ketika kejadian gempa utama bermagnitudo 5,6 terjadi dia menyebutkan, "Di Nanggueuk mah sorana teh siga bom ngabeledug di jero taneuh, Ky. Katambah karasa pisan getaran sareng ku reruntuhan bangunan ge tos keueung pisan keur para warga mah."

RUKO YANG HANCUR di Kampung Salakawung RT 3 RW 1 Desa Sarampad, Cugenang. (Foto: Yuli Yulianti Puspita Dewi).
RUKO YANG HANCUR di Kampung Salakawung RT 3 RW 1 Desa Sarampad, Cugenang. (Foto: Yuli Yulianti Puspita Dewi).

CIANJUR, 1-21 DESEMBER 2022 

Ketika mengantar kembali senior saya dari Yayasan Historika Indonesia untuk menyalurkan bantuan ke beberapa titik setelah sebelumya terlebih dahulu melakukan survei pendahuluan, mobil kami dicegat. Alasannya, "Kami tidak pernah dapat bantuan ini, pak," ujar dua orang ibu yang mencegat mobil kita.

Kita bukannya tidak ingin memberikan bantuan kepada mereka. Sebab apa? Kami sudah melakukan survei lapangan terlebih dahulu untuk memastikan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran dan tepat guna. Bukankah dalam kategorisasi bencana BNPB sendiri kerusakan ada yang disebut ringan, sedang, hingga parah? Akhirnya mobil dapat melewati "barikade" dua orang ibu tersebut.

Di sisi lain, saya pun merasa kasihan melihat kondisi perangkat pemerintahan di tingkat RT (Rukun Tetangga). Sepertinya mereka ini tidak bisa tidur nyenyak karena terus "diteror" oleh penduduknya. Mulai dari soal bantuan sosial hingga pencairan dana bantuan rumah terdampak gempa bumi.

Bahkan, di salah satu desa tempat saya mengantar rombongan donatur dari salah satu pesantren di Depok, Pak RT tempat tersebut yang juga kebetulan teman SMP-nya sahabat saya terlihat dalam kondisi letih. Beberapa hari sebelumnya dia juga mengabarkan kepada saya bahwa sedang sakit.

Di Desa Cirumput, Pak RT salah satu kampung di sana mengirimkan voice note kepada saya dengan kondisi nafas yang tersengal-sengal sekitar pukul 03.00 WIB pagi. Saya sempat kaget ketika mendengar suara Pak RT seperti itu karena malam sebelumnya dia mengaku dalam kondisi yang baik-baik saja.

Membuat saya heran adalah kelakuan para donatur yang tidak tahu tempat dan waktu untuk mengambil foto dengan tujuan dipajang di media sosial masing-masing, mungkin (?). Satu kasus, ketika saya mengantar rombongan donatur dari Jakarta ke Desa Cibulakan, Cugenang, pulangnya kita melihat pemandangan kurang mengenakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun