Mohon tunggu...
Oky Nugraha Putra
Oky Nugraha Putra Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Padjadjaran

Alumnus Prodi Sejarah Unpad. Hobi membaca, menulis, olahraga (bersepeda, jogging, sesekali hiking), tertarik pada dunia kesejarahan (sosial-budaya, politik-militer).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Papajar 1437 H

23 April 2019   14:03 Diperbarui: 23 April 2019   14:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam hati Ridwan bertanya-tanya. "Ieu urang keur dimana euy ?". Tidak mau bingung sendiri dengan pertanyaan tersebut dia pun mencari keterangan sedang dimana dirinya sekarang. Setelah hilir mudik di lambung sampai ke buritan kapal kayu itu dia sadar bahwa dirinya sedang berada di Pelabuhan Lisboa, Portugis. Ridwan sendiri bingung kenapa dirinya sedang ada di sini. Dia pun bertanya pada ABK (Anak Buah Kapal) yang sepertinya memang orang Portugis.

 

"Mang punten, ari ieu th leres Pelabuhan Lisboa, Portugis ?", tanyanya dalam bahasa ibunya.

 

"Muhun, ieu th Pelabuhan Lisboa, Portugis. Ari akang sahanya ? Asa nemb ningalan sim kuring mah. Tepangkeun atuh wasta abdi Saviola Mndz. Kawitna mah ti Porto", timpal ABK yang bernama Saviola itu. Ridwan malah bertambah kebingungannya. Kenapa orang Portugis ini bisa memahami bahasa ibunya.

 

"Oh muhun. Nami abdi Ridwan Solhudin. Kawitna mah ti Nusantara....", belum selesai Ridwan berbicara Saviola langsung memotong,

 

"Hah, Nusantara ? Bener ta th kang ? Pan kami g ieu ark ka ditu. Ark ka pusat rempah-rempah saalam dunya kiwari. Ari kitu mah kaleresan atuh akang tiasa janten juru pandu kami. Engkin abdi teraskeun ka Kaptn, nya !".

 

Ridwan terkejut. Ini sebenarnya tahun berapa. Dia berpikir masa orang Portugis ketika tahu Nusantara reaksinya langsung kaget seperti itu. Sebelum si ABK itu melapor, lebih baik dirinya bertanya, pikirnya cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun