Mohon tunggu...
Oky
Oky Mohon Tunggu... Lainnya - Housewife

Self Development

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pegang Kendali Ambisi Agar Tidak Lupa Diri

3 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 3 Juli 2024   13:11 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pernahkah anda membuat daftar resolusi di setiap kesempatan entah itu disaat pergantian tahun atau di momen ulang tahun?

Saya pernah dalam tahapan yang mana tepat di tanggal 1 Januari tahun baru saya membuat catatan-catatan pencapaian yang harus saya bisa raih hingga bergantinya tahun berikutnya. Resolusi yang saya buat tak ubahnya sejumlah ambisi yang tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai diri.

Ambisi untuk menjadi juara kompetisi, ambisi untuk naik haji, ambisi orangtua agar anak bisa masuk sekolah terbaik, ambisi untuk membuat bisnis, ambisi untuk naik jabatan, ambisi untuk menikah, ambisi untuk memiliki rumah, ambisi untuk ikut komunitas mentereng, ambisi untuk menjadi Youtuber terkenal, ambisi untuk menjadi band ternama, ambisi untuk membuat film terlaris hingga ambisi menjadi pimpinan. Itu adalah contoh sejumlah ambisi dari saya pribadi dan beragam orang yang pernah saya tahu.

Saya tidak mempunyai latar belakang psikologi. Bahasan saya tentang ambisi hanyalah sebatas opini dari perspektif saya sebagai seseorang yang sudah menjalani kehidupan selama berpuluh-puluh tahun.

Ambisi sebagai Mode Bertahan Hidup

Setiap manusia yang ditakdirkan lahir sudah didesain dengan kelengkapan akal, hawa serta nafsu yang konon tujuan penciptaannya adalah sebagai pemimpin, minimal bisa memimpin dirinya sendiri dalam menjalani kehidupan.

Hukum alam manusia serupa dengan hukum rimba. Siapa yang kuat dialah yang bertahan, sementara yang lemah berjuang perlahan akan punah. Dan bagi saya ini menciptakan pemikiran bahwa untuk bertahan dalam medan keduniawian kita harus punya tujuan besar yang membuat kita kuat dan bergairah dalam memimpin perjalanan hidup hingga hidup ini tidak hanya kita jalani sekedarnya.

Tujuan besar hidup itulah akhirnya saya sebut sebagai ambisi. Dengan ambisi inilah saya dan manusia-manusia lainnya dipaksa untuk memaksimalkan akal pikiran serta hawa nafsu di setiap hari sebagai "alat kendali" mode bertahan dan memenangkan hidup.

Ambisi Pembentuk Reputasi

Ambisi adalah bentuk perjuangan dari sikap untuk mencapai suatu tujuan. Ambisi seringkali membentuk karakter seseorang untuk tetap memperjuangan tujuan meski ada halangan dan rintangan.

Ambisi inilah yang menentukan reputasi atau citra diri seseorang. Orang-orang yang berambisi kerap selalu dilingkupi dengan sikap optimis, memiliki motivasi untuk mencari jalan dalam mencapai tujuan, membentuk lingkungan pergaulan yang sefrekuensi, memiliki rasa percaya diri yang tinggi serta tidak takut mengambil risiko.

Jebakan Ambisi 

Hidup berdampingan di antara manusia lain tanpa disadari memicu jiwa kompetisi.  Hidup bagi kebanyakan manusia tidak hanya untuk diri sendiri tetapi saling bersaing untuk menjadi yang terbaik dari yang lain. Manusia tidak lagi puas menggunakan ambisi sekedar menjadi "alat kendali" pribadi namun meluas menjadi alat pengendali manusia bahkan makhluk lainnya.

Ambisi yang awalnya sebagai cita-cita mulia perlahan memunculkan jebakan jika tidak mampu dikendalikan dengan baik. Diperlukan keseimbangan antara akal sehat serta hati nurani agar ambisi bisa dikendalikan bukan malah sebaliknya, kita yang dikendalikan ambisi.

Resolusi yang saya buat tak ubahnya sejumlah ambisi yang tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai diri. Kalimat saya di awal paragraf sebetulnya jebakan untuk diri saya sendiri. 

Benarkah tujuan saya hanya untuk nilai diri? Sejujurnya selalu ada tujuan lain ketika saya mengejar ambisi. Saya harus diakui lebih baik dari orang lain, saya harus lebih hebat dan dinilai keren oleh orang lain. Keinginan akan sebuah pengakuan inilah yang harus dikendalikan. 

Jika ini tidak diimbangi dengan mental yang sehat maka ambisi akan beraksi brutal maka inilah sebabnya seseorang akan merealisasikan ambisi bisa dengan menghalalkan secara cara  atas nama pengakuan dan pembuktian tanpa memperdulikan norma yang berlaku atau ketika segala upayanya untuk mencapai ambisi gagal ini menjadi alasan seseorang untuk mengisolasi diri karena tidak siapnya mekanisme seseorang dalam menghadapi jebakan ambisi.

Pegang kendali dengan mindfulness

Perangai yang tidak berhati-hati dalam mengendalikan ambisi membuat seseorang menjadi lupa diri. Melupakan bahwa alam manusia meski serupa tapi tak sama dengan hutan rimba yang tanpa welas asih. 

Seringkali manusia terlampau fokus dengan tujuan lantas lupa menjadi manusia yang bermartabat bahkan terlalu keras terhadap kepada diri sendiri. Ketika dia menang lantas dia pongah melihat yang lain rendah sementara ketika kalah dia menjadi rapuh dan tak berdaya.

Maka kembalilah untuk merenungi diri. Apakah benar ambisi ini untuk diri sendiri tanpa terdistraksi dengan orang lain? Jikapun berkaitan dengan orang lain, bisakah ambisi ini untuk pencapaian tujuan bersama yang bermaanfaat? bukan malah menjadi ajang saling bersaing secara tidak sehat.

Mindfulness. Bernafaslah dalam-dalam. Berikan pikiran dan jiwamu ruang untuk menyadari kehadirannya. Benar memang kita harus bertujuan dalam hidup namun kita hidup bukan untuk dikendalikan ambisi. Biarlah ambisi hanya sekedar alat yang ketika alat itu dapat berfungsi dengan baik maka bersyukurlah namun jika tidak bisa digunakan, jangan paksakan alat itu, beranilah membuat tujuan baru dan gunakan alat ambisimu yang baru.

Kendalikan diri dan jangan paksakan diri terlalu keras.  

Kini saya tak lagi berlari dalam mengejar ambisi, cukup berjalan saja dalam mengupayakannya.

Bukankah hidup dengan tenang juga sebuah ambisi?

----------------------------------------------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun