Mungkin banyak yang bertanya, kenapa sih isi blog ini kebanyakan tentang forex dan selalu di link ke gainscope. Itu karena penulis lagi getol-getolnya belajar forex, pemirsa! Hehehe..
Jadi, penulis udah mulai tertarik sama broker sejak sekitar 5-6 tahunan yang lalu, nih. Gara-garanya, penulis lihat kakak sendiri yang waktu udah mulai kelihatan hasil tradingnya gimana. Dari yang mulai kerja kantoran biasa, menikah, tinggal di rumah kontrakan dan punya satu anak dengan kondisi keuangan yang kembang kempis, perlahan dia mulai bangkit.Â
Mulai nyicil rumah, nyicil mobil, nambah anak (yang juga berarti nambah biaya hidup), trus sekarang punya usaha kuliner yang dijalanin istrinya dan mulai merambah jadi juragan ojek online dengan system sewa motor. Iya, dia bisa beli beberapa motor dan disewakan ke orang-orang yang butuh buat usaha ojek online yang sekarang lagi hits banget.
Karena keberhasilannya yang terlihat real dalam beberapa tahun terakhir ini, akhirnya penulis juga ikutan tertarik nih belajar forex. Mulai dari sering belajar tentang forex dari ikut seminar di hotel mewah sampe ikutan seminar online (webinar), trus sering ikut demo dari broker lokal maupun internasional demi mengasah skill trading dan menguji teknik sebelum dipake di trading real nantinya, coba pake indikator macem-macem dari yang gratisan sampe berbayar.Â
Coba ikut zulu (yang sistemnya ngefollow system dan teknik tradingnya orang lain), sampe ganti-ganti broker dari yang lokal, yang murah, yang mahal, yang scam, sampe akhirnya sejak 4 tahun lalu berlabuh di Gainscope, dan belum mau ngelirik broker lain.
Awalnya sempet lah ngerecokin  Kakak yang  waktu  itu lagi semangat belajar forex dengan tujuan biar bisa dapet penghasilan sampingan selain dari kerjaan tetapnya. Wajar lah ya sebagai adik, kalau agak cerewet, karena Kakak menggeluti bisnis yang kurang umum, ga biasa, dan ada di dunia maya yang notabene sering dikaitin sama berita penipuan.
Apalagi waktu awal-awal, Kakak yang kondisi keuangannya kembang kempis, ditipu sama salah satu broker lokal yang bikin Kakak rugi sampe belasan juta. Untungnya, masih rugi belasan juta. Tapi tetap aja, dengan kondisinya waktu itu ya sebagai adik prihatin banget, dong.Â
Udah sampe capek nyuruh Kakak berhenti trading, dan nyuruh usaha lain kayak orang pada umumnya. Tapi Kakak masih semangat walaupun sempet down beberapa hari.
Dia belajar dari nol lagi, nge "review" histori tradingnya, cari-cari broker lagi, pinjem uang sana sini dulu, pontang panting, "puasa" demi bisa nabung dan punya modal buat trading lagi.
Akhirnya pelan-pelan, mulai kelihatan hasilnya. Semua hutangnya untuk cari modal trading mulai lunas. Rumahnya mulai dibelikan perabotan baru, dan ga nunggu lama, dia mulai ngajuin cicilan KPR ke bank.
Selang 6 bulan, dia boyongan pindah ke rumah barunya. Ga terlalu besar, tapi milik sendiri, alhamdulillah. Waktu itu, saya udah mulai tutup mulut dan ga lagi ngerecokin soal usaha Kakak. Toh, sudah ada hasilnya. Saya Cuma wanti-wanti saja agar dia berhati-hati dengan usahanya. Yang awalnya Cuma mewanti-wanti, saya malah ditawari belajar forex sepertinya.Â
Awalnya jelas saya menolak, karena saya tidak yakin bisnis yang ga umum ini adalah jalan saya, waktu itu saya lebih memilih bisnis yang pasti-pasti saja, menjual barang yang sudah pasti dengan system online, bekerja full time di kantor dan weekend saya gunakan untuk mengajar les beberapa anak tetangga sekitar rumah.Â
Hasilnya lumayan, walau saya jadi merasa tidak punya waktu untuk keluarga. Jangankan untuk keluarga, untuk diri sendiri saja susah sekali cari sela waktu untuk sekedar ngopi bareng teman di caf.
Tapi kakak saya tidak menyerah, terus memperkenalkan forex kepada saya, menjelaskan satu persatu, dengan detail system forex itu bagaimana, apa saja keuntungannya (termasuk diiming-imingi "pekerjaan bebas yang tidak mengikat harus di suatu tempat tertentu seperti kantoran"), tekniknya, analisisnya, penjelasan modalnya, dan lain lain. Akhirnya setelah lumayan "mengenal" forex, saya memberanikan diri untuk masuk di demo yang saya handle sendiri tanpa bantuan Kakak.
Jujur saja, prakteknya jauh lebih susah dari teorinya. Saya sempat ingin menyerah saja awalnya, karena saya pusing lihat grafik dan harga-harga! Hahaha.
Tapi Kakak saya malah ngeledek saya. Dia yang saat itu sudah mulai merintis usaha kulinernya, mulai meledek saya karena saya tak kunjung menikahi kekasih hati karena keterbatasan modal.Â
Benar sih, menikah ga perlu modal, tapi setelah menikah saya butuh uang untuk kasih makan dan belikan baju dan make up istri saya bukan? Hehehe. Hal ini yang membuat saya bertahan dengan urusan trading yang bagi saya njelimet pada awalnya.
Akhirnya dengan melihat keuletan Kakak saya dan hasilnya yang sudah ia peroleh, saya bertekad untuk terjun sepenuhnya di dunia trading. Akhirnya saya mulai "mengganggu" Kakak saya dan minta diajari secara intens setiap hari, saya bahkan menginap di rumahnya agar bisa  dengan gampang bertanya ini itu kapan saja. Hahaha.
Dari pengalamannya, Kakak saya mereview beberapa broker yang menurut dia bagus dan mengusulkan agar saya ikut broker tersebut. Namun, saya yang agak bandel ini ngeyel dan pengennya nyoba broker lokal  yang kantornya deket dengan tempat tinggal saya. Awalnya Kakak saya sudah curiga, karena besarnya modal awal yang diminta oleh broker tersebut. Kakak saya mewanti-wanti agar saya berhati-hati karena berdasarkan pengalamanya broker seperti itu kebanyakan ujung-ujungnya menipu, atau dipersulit ketika withdrawal.Â
Withdrawal pertama dan kedua masih lancar, namun withdrawal ketiga sudah mulai lama prosesnya. Proses yang biasanya cepat bisa diambil 1x24 jam, mulai mundur jadi 2 minggu. Lalu withdrawal selanjutnya mulai mundur hingga tiga bulan dan bahkan ada beberapa trader lain yang proses withdrawalnya tidak pernah usai dan dananya entah kemana.
Akhirnya saya berhenti trading di broker tersebut. Soal sisa dana yang masih ada, sudah lah saya sudah pasrah. Saya masih beruntung dari trader lain yang nasib dananya tidak jelas. Saya berusaha ikhlas saja. Saya belajar lagi dari nol, pindah broker lagi, gagal, introspeksi lagi, review broker lagi. Sampai akhirnya saya mengikuti jejak kakak saya trading di Gainscope.
Awal registrasi, jujur saja saya merasa broker ini ribet karena harus isi ini itu, harus mengirimkan KTP dan dokumen identitas tertentu. Lalu waktu awal deposit, prosesnya pengirimannya lama, tidak seinstan broker lokal yang sudah saya coba. Tapi seiring berjalannya waktu saya jadi mikir, ribetnya registrasi di broker ini demi keamanan bersama juga ya.Â
Oya, gainscope ini ibaratnya seperti konsultan dari broker besar bernama FXDD. Orang yang sudah berpengalaman di dunia forex pasti tidak akan asing dengan nama ini, karena kredibilitasnya sudah tidak perlu ditanyakan lagi.Â
Nah, gainscope ini, meskipun tugasnya membantu klien terutama dari Indonesia yang kurang bisa Bahasa Inggris (seperti syaa yang Bahasa Inggrisnya pas-pasan hehehe), tapi dia tidak menerima dana dari kliennya jadi semua aliran dana itu langsung dari broker pusat ke klien masing-masing, tidak melalui gainscope, dan tanpa komisi lagi! Lha lalu keuntungannya dari mana? Saya pernah Tanya hal ini ke csnya melalui chat online, dan katanya keuntungan gainscope ini berasal dari spreadnya, jadi tidak pengaruh tuh kliennya mau untung atau rugi, mereka tetap mendapatkan untung.Â
Nah, hal ini yang meyakinkan saya kalau broker ini aman dan tidak akan intervensi trading kita, karena kalau dari pengalaman saya di broker sebelumnya mereka mengambil keuntungan dari kerugian kita, makin kita rugi makin untung mereka.Â
Maka dari itu tidak ada klien yang awet di broker sebelumnya, karena keuntungan yang didapat ya hanya di awal-awal saja, sebagai pemanis janji keuntungan berlipat yang mereka janjikan.
Intinya, sejauh ini, saya cocok melakukan trading di gainscope dan merekomendasikan broker ini bagi siapa saja yang ingin mencoba trading di broker kredibel. Coba saja demonya dulu, lalu kalau ada yang tidak dipahami bisa chat ke mbak CS nya juga. Jangan khawatir, mbak CSnya ramah-ramah kok hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H