Mohon tunggu...
Okto Aryo Sinaga
Okto Aryo Sinaga Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Swasta RK Bintang Timur Pematangsiantar

Saya senang membaca buku dan ingin memulai menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Orang Dewasa Merekam; Remaja tak Terduga

22 November 2024   07:50 Diperbarui: 22 November 2024   07:51 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Komunikasi adalah hal yang penting dalam relasi sosial manusia. Sering kali manusia mengalami masalah dalam komunikasi baik remaja maupun dewasa. Relasi interpersonal ini salah satunya dipengaruhi oleh karakteristik dalam individu atau karakteristik generasi. Remaja adalah masa transisi yang penuh warna, di mana individu beranjak dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Dalam rentang usia yang didefinisikan UNICEF sebagai 10–19 tahun, mereka mengalami perubahan besar secara fisik, emosional, dan sosial. Perubahan ini sering kali menghasilkan perilaku yang sulit dipahami, bahkan oleh orang dewasa yang telah melewati fase tersebut. Artikel ini akan membahas perilaku remaja dalam pengambilan keputusan, pengaruh lingkungan, cara berpikir orang dewasa, dan tantangan komunikasi antar generasi.

Perilaku Remaja dan Pengambilan Keputusan

Masa remaja adalah waktu di mana otak, khususnya bagian prefrontal cortex yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan, masih dalam tahap perkembangan. Banyak keputusan remaja yang didasarkan pada emosi sesaat atau sekadar ikut-ikutan daripada logika. Misalnya, keputusan untuk ikut dalam tantangan viral berbahaya di media sosial sering diambil tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.

Perilaku impulsif ini bukanlah tanda ketidakmampuan, melainkan bagian dari proses pembelajaran dan rasa keingintahuan yang mendalam. Wajarnya, melalui pengalaman remaja mulai memahami bagaimana mengelola risiko dan mengambil keputusan yang lebih matang.

Pengaruh Lingkungan

Teman sebaya sering kali menjadi pengaruh yang dominan, mengalahkan suara orang tua atau guru. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan remaja untuk diterima dalam kelompok sosial mereka atau menunjukkan eksistensi diri, bahwa dirinya sebenarnya ada dan ingin diperhatikan. Selain itu, era digital telah memperluas pengaruh lingkungan, di mana media sosial menjadi tempat remaja membangun identitas dan mengekspresikan diri.

Sayangnya, pengaruh lingkungan ini tidak selalu positif. Paparan terhadap konten yang tidak sehat atau berbahaya memicu perilaku yang destruktif atau merugikan. Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa untuk mendampingi remaja tanpa bersifat menghakimi, menjelaskan pengaruh mana yang baik dan buruk.

Cara Berpikir Orang Dewasa terhadap Perilaku Remaja

Banyak orang dewasa melihat perilaku remaja melalui kacamata nostalgia atau harapan yang tidak realistis. Mereka mungkin membandingkan masa remaja mereka sendiri dengan kondisi saat ini. Sering kali tanpa menyadari perbedaan konteks sosial, teknologi, kondisi, bahkan zaman. Sebelum bertemu dengan remaja, orang dewasa mungkin sudah berasumsi atas perbuatan yang kemungkinan muncul. Tetapi tentu saja dari setiap kemungkinan yang ia duga, tak satu pun mendekati seperti yang ada dalam bayangannya. Remaja bisa saja melakukan keputusan untuk pertama kalinya, tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hal itulah yang sering membuat orang dewasa kewalahan. Perilaku remaja dianggap "tak terduga" atau "bermasalah".

Perbedaan nilai dan harapan antara generasi sering kali menjadi sumber ketegangan. Orang dewasa mungkin merasa remaja "kurang disiplin," sementara remaja menganggap orang dewasa "terlalu kaku". Pemahaman tentang nilai-nilai yang berbeda ini penting untuk menjembatani kesenjangan generasi dan menciptakan hubungan yang lebih harmonis.

Orang dewasa perlu memahami bahwa remaja bukanlah "miniatur orang dewasa" yang harus segera bertindak sempurna atau “jangan mengambil keputusan yang salah seperti saya”. Sebaliknya, mereka adalah individu yang sedang belajar melalui proses coba-coba. Pilihan keputusan mereka tak berdasar. Mereka memutuskan untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Maka sepantasnya orang dewasa tidak melabeli remaja dengan label apa pun. Tidak menaruh ekspektasi apa pun kepada remaja.

Tantangan Komunikasi antara Dewasa dan Remaja

Perubahan hormonal pada masa remaja sangat mempengaruhi dinamika emosi mereka. Remaja sering menunjukkan ledakan emosi yang tampak tidak proporsional dengan situasi, rasa frustrasi yang mendalam hingga euforia berlebihan.

Orang dewasa memberikan nasihat berdasarkan pengalaman, sementara remaja sering kali lebih ingin didengar daripada diajari. Pola komunikasi ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan konflik.

Untuk mengatasi tantangan ini, orang dewasa perlu mengubah pendekatan mereka. Alih-alih mendikte, gunakan metode mendengarkan aktif dan ajukan pertanyaan terbuka (open-ended question) yang mendorong remaja untuk berbagi pemikiran mereka. Pertanyaan ini menghasilkan pemikiran yang kritis. Pendekatan ini tidak hanya membangun hubungan yang lebih kuat tetapi juga memberikan ruang bagi remaja untuk tumbuh secara mandiri.

Penutup

Remaja memang sering kali tak terduga, tetapi hal itu bukanlah masalah yang harus dihindari, melainkan peluang untuk mendampingi mereka dengan bijak. Dengan memahami proses pengambilan keputusan, pengaruh lingkungan, cara berpikir orang dewasa, dan tantangan komunikasi antar generasi, kita dapat membantu mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan bertanggung jawab. Orang dewasa tidak hanya "merekam" perjalanan remaja, tetapi juga berperan aktif sebagai pendukung dalam setiap langkah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun