Ada seorang wanita yang ingin ke masa lalu untuk berbaikan dengan kekasihnya. Ada seorang perawat yang ingin kembali ke masa lalu untuk membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya sebelum sakit. Ada seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali. Ada pula seorang ibu yang ingin bertemu dengan anaknya yang mungkin takkan pernah dikenalnya.
Setiap perjalanan waktu memiliki aturannya sendiri, namun intinya tetap sama. Mereka tidak dapat mengubah masa kini. Mereka hanya bisa menyaksikan atau berinteraksi dengan masa lalu.
Toshikazu Kawaguchi mampu membuat cerita yang sederhana dan menarik dengan alur maju mundur. Melalui kisah para pelanggan, pembaca bisa merasakan penyesalan dan harapan.
Kekurangan Novel
Peraturan yang berlaku di kafe Funiculi Funicula selalu ditulis berulang-ulang di setiap bab cerita. Hal ini mungkin membuat pembaca merasa bosan dengan pengulangan tersebut. Selain itu, karakter-karakter yang ada di dalam novel cukup banyak. Pembaca mungkin akan kesulitan mengingat namanya.
Untuk sampul novel Funiculi Funicula bagian pertama dan kedua tidak memiliki nomor urutan. Ini mungkin dapat membuat pembaca bingung.
Bagi yang ingin membaca Funiculi Funicula, Anda bisa mulai dari buku dengan sampul bergambar wanita yang sedang berjalan. Sementara untuk sampul dengan gambar seorang lelaki menaiki sepeda merupakan buku kelanjutannya.
Penutup
Novel Funiculi Funicula tidak hanya menyajikan kisah-kisah yang menghibur, tetapi juga memberikan inspirasi dan pelajaran hidup yang berharga. Novel ini mengajak kita untuk merenung tentang makna waktu. Kita diajak untuk menghargai momen-momen saat ini bersama dengan orang-orang tersayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H