Puisi memang ajaib. Rangkaian kata yang sederhana serta pemilihan diksi yang tepat bisa menjadikan sebuah puisi penuh makna. Saya bukanlah orang yang pandai membuat puisi. Bukan juga orang yang pandai membaca puisi. Saya suka puisi. Singkat, jelas, menarik dan indah. Dipancing dengan kata-kata seperti apapun kalau memang sedang tidak ada keinginan dari hati ya susah. Yah, namanya juga pujangga amatir. hehehe..
Berbicara soal puisi, ada satu puisi yang menurut saya sederhana tapi bermakna lebih. Puisi ini suka ditulis dalam undangan pernikahan karena kata-katanya yang indah. Tapi jika diperhatikan dengan seksama, puisi ini bisa juga termasuk puisi patah hati. Penasaran puisi siapa?
Perhatikan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul "Aku Ingin"
Aku Ingin- Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..
Sederhana, indah bukan? Seperti pernyataan yang tulus diucapkan kepada orang terkasih. Lihat pada bait awal Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Mencintai seseorang dengan sederhana, bagaimana bisa? Saya rasa setiap orang punya cara tersendiri dalam mencintai kekasih. Sederhana mempunyai arti tidak berlebih-lebihan, tidak tinggi, tidak rendah, sedang tapi pas. Artinya, Aku ingin mencintaimu dengan segala hal yang tidak berlebih-lebihan, tulus, apa adanya, dan hanya kepada orang yang dicintainya.
Perhatikan baris selanjutnya, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Nah, disinilah muncul pemahaman bahwa 'Aku' tidak sempat untuk mengatakan sejujurnya. Hal ini diperjelas dengan kata kayu yang telah menjadi abu. Artinya sudah telat untuk mencintai seseorang dengan sederhana.
Begitu pula dengan bait selanjutnya dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.. Artinya keterlambatan seseorang untuk mengungkapkan isi hatinya. Dia ingin mencintai orang itu apa adanya tapi terlambat mungkin karena malu untuk mengungkapkannya sehingga kesempatan itu hilang begitu saja. Seperti pada kata "Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
Jadi puisi ini bisa tergolong puisi cinta yang romantis atau puisi patah hati? Kembali lagi kepada pembaca. Kata-kata sederhana yang digunakan Sapardi membuat puisi ini lebih hidup. Intinya, jika Anda mencintai seseorang segera katakan dan jangan sampai dia pergi begitu saja. Mencintai seseorang dengan kesederhanaan, tidak  dilebih-lebihkan dan jujur kepada perasaan sendiri.
Jujur saja saya masih perlu banyak belajar karena saya juga ingin mencintai seseorang dengan sederhana. hehehe :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H