Perhatikan baris selanjutnya, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Nah, disinilah muncul pemahaman bahwa 'Aku' tidak sempat untuk mengatakan sejujurnya. Hal ini diperjelas dengan kata kayu yang telah menjadi abu. Artinya sudah telat untuk mencintai seseorang dengan sederhana.
Begitu pula dengan bait selanjutnya dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.. Artinya keterlambatan seseorang untuk mengungkapkan isi hatinya. Dia ingin mencintai orang itu apa adanya tapi terlambat mungkin karena malu untuk mengungkapkannya sehingga kesempatan itu hilang begitu saja. Seperti pada kata "Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"
Jadi puisi ini bisa tergolong puisi cinta yang romantis atau puisi patah hati? Kembali lagi kepada pembaca. Kata-kata sederhana yang digunakan Sapardi membuat puisi ini lebih hidup. Intinya, jika Anda mencintai seseorang segera katakan dan jangan sampai dia pergi begitu saja. Mencintai seseorang dengan kesederhanaan, tidak  dilebih-lebihkan dan jujur kepada perasaan sendiri.
Jujur saja saya masih perlu banyak belajar karena saya juga ingin mencintai seseorang dengan sederhana. hehehe :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H