Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Tinggi, Untuk Apa dan Siapa?

20 Mei 2024   07:07 Diperbarui: 24 Mei 2024   16:14 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan tinggi ala kapitalisme yang hanya bersifat materialistis seperti itu justru mengerdilkan makna sejati dari pendidikan. Berhasil lulus dari perguruan tinggi seharusnya menjadikan seseorang makin bermanfaat dan berdampak dalam masyarakat. Itu tidak diukur dari banyaknya materi yang didapat, melainkan dari seberapa besar pengaruh yang masyarakat terima dari kiprah yang mereka hasilkan.

Lagipula, kalau hanya ingin kaya atau punya kelimpahan materi, seseorang tidak perlu harus menempuh jalur pendidikan tinggi. Dengan berdagang, berinvestasi, memproduksi/menghasilkan karya, menjual/menyediakan jasa, atau membuat konten melalui berbagai platform yang sekarang sedang marak, seorang dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar (SD -- SMA) pun bisa memiliki pemasukan yang melebihi penghasilan seorang lulusan S1, bahkan S3 sekalipun.

Pendidikan tinggi seharusnya menjadi hak semua orang, terutama buat mereka yang sungguh punya visi, misi, dan idealisme untuk berkontribusi lebih bagi masyarakat. Dengan begitu, wacana, pengetahuan, keterampilan, serta dasar berpikir kritis yang diperoleh dari dunia perguruan tinggi dapat menjadi modal penting bagi mereka untuk dan ketika berkontribusi di tengah masyarakat.

Terkait dengan tingginya UKT PTN,  kita bayangkan saja kalau pendidikan tinggi di Indonesia hanya dapat diakses oleh kalangan "the have"! Lalu, bagaimana nasib mayoritas masyarakat Indonesia yang berasal dari kalangan menengah dan menengah ke bawah, yang sebetulnya cerdas, punya kapasitas, punya visi, misi, serta idealisme baik untuk berkontribusi bagi masyarakat? 

Tidakkah UKT tinggi akhirnya malah menjadi sistem dari negara yang justru memotong kesempatan mereka untuk berkontribusi dan berdampak positif bagi kemajuan bangsa? Ujung-ujungnya, bangsa kita malah jadi kehilangan kesempatan untuk memiliki SDM unggul dan bermutu.

Belum lagi kebanyakan orang tua sendiri juga punya pemikiran salah kaprah dalam menanamkan tujuan pendidikan kepada anak-anaknya. Karena merasa sudah banyak berinvestasi pada dana pendidikan anak yang dimulai sejak preschool, mereka lalu menanamkan pemikiran pada anaknya untuk hanya berambisi memiliki pekerjaan atau karier dengan penghasilan tinggi. 

Kalau bisa, bahkan mencari pekerjaan di luar negeri yang lebih cuan. Idealisme untuk bekerja dan berkontribusi demi kemajuan masyarakat dianggap tidak penting. Masa bodoh kalau Indonesia belum sejahtera dan sulit maju. Yang penting anak mereka kaya dan makmur. Yang lain, EGP, alias emang gue pikirin.

Atau, jangan-jangan, mungkin itulah penyebab mengapa negara kita sekarang memiliki krisis keteladanan. Karena pendidikan dipandang hanya sebagai sarana untuk mencari uang, kampus seringnya mencetak orang-orang intelek tetapi yang kurang punya manfaat dan kontribusi tinggi terhadap masyarakat. 

Para koruptor dan PNS yang bekerja semaunya dan seadanya mungkin menjadi potret buram dari hasil pendidikan kita yang cenderung bersifat materialistis dan kurang punya idealisme.

Tragis.

Jelas, bahwa meski sudah berulangkali berganti menteri dan kurikulum sejak merdeka 79 tahun yang lalu, negara kita ini masih punya banyak PR dan segudang masalah dalam bidang pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun