Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resilience, Modal Penting untuk Eksis

24 Agustus 2023   14:11 Diperbarui: 25 Agustus 2023   05:48 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Unsplash, Dulcey Lima)

Lalu, bagaimana kita -- baik sebagai pribadi, orang tua, maupun pendidik -- dapat menumbuhkan atau menerapkan resilience ini pada diri sendiri maupun anak-anak kita?

1. Jangan Suka Berada di Zona Nyaman
Tantang diri sendiri atau anak-anak kita untuk berani mencoba dan melakukan berbagai hal baru, kebiasaan baru, tantangan baru, bahkan hal-hal yang sulit. Dengan melakukannya, selain dapat belajar banyak hal dan pengalaman baru dalam prosesnya, kita atau anak-anak kita juga akan memiliki pengalaman gagal berulang kali yang mesti dihadapi (tidak ada yang mahir sebagai pemula!). Jika sudah terbiasa menghadapi tantangan, kesulitan, dan kegagalan, kita tidak akan lagi memandang kegagalan sebagai "end of the world" dan mudah berputus asa. Kita justru akan menjadi pribadi yang tangguh dan cepat bangkit dalam situasi sulit. 

2. Kembangkan Sikap Suka Belajar dan Miliki Literasi yang Baik
Kedua hal tersebut menjadi dasar bagi kita dan anak-anak kita untuk memiliki pengetahuan, wacana, wawasan, dan keterampilan yang diperlukan agar dapat merespons dan memecahkan berbagai masalah dengan tepat.

3. Selalu Belajar untuk Beradaptasi
Mampu menerima setiap perubahan atau pengalaman baru serta bersikap terbuka untuk menyesuaikan diri dengan konteks dan situasi yang ada merupakan hal yang perlu kita upayakan. Dengan memiliki sikap ini, kita akan mengembangkan sikap untuk mudah beradaptasi menghadapi setiap perubahan, bahkan untuk cepat bangkit dari kegagalan atau kesulitan.

4. Miliki Mindset yang Tepat tentang Kegagalan
Tanamkan pemikiran ini dalam diri kita dan anak-anak kita: Kegagalan itu merupakan proses atau peristiwa yang harus kita alami atau hadapi sebelum mencapai tujuan atau keberhasilan! Singkirkan jauh-jauh pemikiran bahwa kegagalan merupakan sebuah kekalahan, hal yang harus dihindari, hal yang merugikan, apalagi tanda atau bukti dari ketidakmampuan/kekalahan. Nope. Itu adalah proses yang mesti kita lalui untuk menjadi semakin baik ke depan. Dengan berani mencoba dan gagal, kita akan lebih banyak belajar, mengembangkan diri, dan mengembangkan mental pejuang. 


5. Belajar untuk Memiliki Sikap Positif
Sikap positif menjadi kekuatan bagi kita untuk mampu melihat hal-hal baik dari setiap situasi sekaligus mendorong kita untuk bangkit dari kesulitan dan kegagalan. Namun, sikap positif sendiri bukan sesuatu yang muncul secara alami dengan sendirinya dalam diri dan pemikiran kita. Sikap ini muncul sebagai buah dari kehidupan spiritualitas yang baik dari seseorang, yang ditandai dengan rasa syukur dan keimanan yang kuat. Untuk itu, kita perlu memiliki relasi yang erat dengan Tuhan, yang berdaulat atas segala sesuatu yang terjadi pada ciptaan-Nya. Inilah yang menjadi pegangan kita dalam menghadapi aneka tantangan dan persoalan hidup dan memampukan kita untuk dapat bersikap positif. 

Masih banyak lagi yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk dapat mengembangkan resilience dalam diri kita maupun anak-anak kita. Namun, kelima hal di atas rasanya sudah cukup untuk dapat kita terapkan mulai sekarang. 

Jangan lupa, untuk bisa menjadi seorang resilient, dibutuhkan waktu, usaha, serta kesabaran. Be patient with ourselves and with the process. Lakukan selangkah demi selangkah, biasakan, terus bertekun, dan uletlah dalam menjalaninya. Tanpa sadar, dengan terus melakukannya, suatu saat nanti kita bahkan tidak akan menyadari bahwa sesungguhnya kita sudah menjadi pribadi yang ulet, berdaya lenting, tidak mudah menyerah maupun berputus asa.

Semangat!

 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun