Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pluviophile, Petrichor, dan Keindahan Hujan

16 Juli 2020   19:09 Diperbarui: 28 Mei 2021   16:09 5470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pluviophile, Petrichor, dan Keindahan Hujan (medium.com)


Menurut Urban Dictionary, pluviophile adalah "people that love rain". Masih dari kamus yang sama, kata pluviophile berasal dari bahasa Latin pluvial, yang berarti hujan, dan kata phile yang secara umum dapat kita katakan sebagai "suka" atau "cinta". 

Dengan begitu, pluviophile dapat didefinisikan sebagai penyuka hujan, atau seseorang yang menemukan kegembiraan dan kedamaian pikiran selama musim hujan.

Nah, menurut salah satu artikel dari situs, ada tanda-tanda dari seorang pluviophile yaitu:
1. merasakan kedamaian dalam hati ketika turun hujan
2. suka berlama-lama menatap ke luar jendela, menatap guyuran hujan
3. memiliki perasaan yang amat senang ketika melihat langit mulai gelap
4. menikmati berada di luar ruangan ketika hujan
5. suara hujan menjadi alunan orkestra yang merdu di telinga
6. ingin bergabung dalam segala kenikmatan yang ditawarkan oleh hujan
7. menikmati aroma yang muncul setelah hujan

Saya, tanpa ragu, adalah seorang pluviophile. Enam dari 7 ciri yang disebutkan di atas saya rasakan ketika hujan turun. Yang tidak cuma ciri no 6. 

Baca juga : Makanan yang Cocok Dimakan saat Musim Hujan

Yah, tentu saja saya masih cukup punya akal sehat untuk tidak berhujan-hujan saat sedang bekerja di kantor atau bahkan di jalanan/halaman depan rumah. Saya masih tahu kok membedakan mana yang perlu atau tidak :-)

Seingat saya, perasaan suka hujan ini saya rasakan semenjak masih kecil. Mungkin, itu alasannya mengapa saya jadi suka pada bulan Desember dan Natal. 

Keduanya hadir bersamaan dengan musim hujan, yang tidak seperti tahun-tahun belakangan ini, dulu selalu muncul pada bulan Desember. Ditambah dengan hadiah dan momen Natal yang menyenangkan, jadilah Desember selalu berarti, istimewa di hati. Sampai sekarang.

Saya merasa damai sekaligus melankolis saat hujan turun. Saya suka berlama-lama mengamati hujan, mendengar suaranya, mencium aroma tanah saat hujan, dan berlama-lama menikmati suasana sendu yang dihadirkannya. 

Yang paling saya suka adalah jika hujan turun pada sore atau malam hari, saat saya sudah berada di rumah. Dengan begitu, saya jadi bisa nglaras menikmati hujan di rumah sembari menikmati teh panas.

Selain memori tentang Natal dan Desember, perasaan saya juga selalu hangat saat berpikir tentang hujan. Itu sebabnya, saya merasa ada sesuatu yang tidak pas jika hujan tidak datang pada bulan Desember. Rasanya itu bukan Desember. 

Bulan Desember yang saya ingat dulu adalah bulan yang selalu penuh dengan hari-hari yang mendung dan sendu karena hujan, yang bahkan jika diingat sekarang selalu menimbulkan kerinduan mendalam di hati.

Sering sekali, saat sedang hujan, saya jadi suka me-recall kenangan-kenangan lama yang indah dan menyenangkan. Untuk urusan ini, konon petrichor atau aroma alami yang dihasilkan saat hujan membasahi tanah kering memang men-trigger otak kita untuk mengingat kenangan lama. 

Baca juga :Perihal Hujan dan Kesepian

Petrichor ini sendiri sesungguhnya adalah molekul geosmin yang dihasilkan oleh bakteri tertentu, yang pada saat hujan keluar dari tanah yang basah ke udara dan kemudian menguar dengan aroma yang unik. 

Saya biasanya menyebutnya sebagai bau tanah basah. Tidak ada yang bisa menandingi aroma ini, terutama saat hujan pertama turun setelah sekian lama musim kemarau melanda.

Pada musim hujan, semua tanaman akan tampak lebih hijau dan segar. Ini tentu jadi faktor yang menyenangkan bagi penggemar tanaman dan hijau-hijauan seperti saya. Tanpa harus rajin-rajin menyiram, tanaman di halaman akan selalu tampak segar setiap hari. Tidak kurus kering dan merana seperti pada musim kemarau.

Saya juga suka musim hujan karena itu membawa kesegaran dan janji kehidupan. Air berlimpah yang dibawa oleh hujan, selain menyegarkan dan melepaskan kita dari suasana musim kemarau yang menyesakkan, juga menjadi tanda pemeliharaan, providensia Allah bagi kehidupan.

Tanpa hujan, bumi akan kehilangan persediaan air, mata air dan sungai mengering, tanah menjadi gersang, tanaman tidak mampu bertumbuh dan menghasilkan. Kehidupan terancam. 

Masih ingat lagu "September Ceria" yang dinyanyikan Vina Panduwinata pada tahun 80-an? Bait pertama dari syairnya tepat sekali menggambarkan perasaan saya tentang hujan. "Di pucuk kemarau panjang, yang bersinar menyakitkan, kau datang menghantar berjuta kesejukan." 

Baca juga : Kenali Sirkulasi Siklonik dan Siklon Tropis, Penyebab Hujan Lebat Menurut BMKG

Sayang sekali, lagu itu sekarang tidak terasa berlaku lagi, dengan adanya pergeseran musim secara global. September sekarang justru menjadi puncak atau pertengahan musim kemarau. Sudah bertahun-tahun ini musim hujan datang sekitar akhir November atau awal Desember.

Meski sering kali hujan menghambat banyak acara dan kegiatan, membuat jemuran tidak kering, dan membuat malas untuk berangkat sekolah atau kerja, tetapi saya tidak akan pernah mengeluh jika ia datang. 

Bagi saya, hujan adalah tanda kehidupan dan masa depan. Tanpa hujan, tanpa mendung, dan jika matahari terus bersinar cerah, kita sepatutnya bersusah hati. Hujan adalah anugerah yang datangnya perlu disambut dengan penuh rasa syukur.

Satu lagi. Saya juga suka puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono yang tersohor itu. A remarkable poet, indeed.

Ah, jadi tak sabar menunggu hujan datang lagi.

Referensi:
1. _____ "Pluviophile"
2. Mustofa, Danar. "7 Tanda Kamu Adalah Seorang Pluviophile, Si Pemuja Hujan!"
3. Welianto, Ari. "Mengapa Saat Hujan Mengeluarkan Aroma?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun