Sikap yang tidak pongah atau puas diri juga membuat orang-orang semacam ini lebih mudah diajar dan belajar, karena tahu ada banyak hal yang tidak diketahuinya, dan bahwa ia perlu belajar dari yang lain, yang lebih darinya.
Keempat, memiliki keinginan untuk berbagi dan bermanfaat bagi yang lain. Dengan motivasi semacam ini dalam diri, seseorang akan selalu berusaha untuk membagikan apa yang dimilikinya kepada yang lain.
Untuk mampu melakukannya, tentu ia membutuhkan kemampuan atau ketrampilan yang cukup.. Dengan demikian, orang-orang semacam ini tidak akan segan atau malas untuk belajar, karena mereka membutuhkannya sebagai syarat untuk bisa berbagi.
Kelima, watak rajin atau tidak malas. Sudah jelas, malas menjadi sikap yang paling menghambat seseorang untuk mau belajar, untuk maju, atau banyak hal baik lainnya. Dalam konteks yang lain, kemalasan juga menjadi faktor penyebab kemiskinan, keterbelakangan, bahkan kejahatan. Siap kerja bukannya tak penting lagi dalam era digital dan teknologi. Dunia masih butuh orang-orang dengan etos dan semangat kerja yang tinggi.
Namun, dalam menghadapi revolusi digital dan Internet of Things, dunia sangat urgent membutuhkan orang-orang yang siap belajar, yang menanggapi kecepatan perubahan dengan kemampuan untuk belajar menguasainya dengan tepat.
Maukah kita untuk survive dalam persaingan yang semakin keras dan ketat?
Beradaptasilah. Belajarlah. Bertahanlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H