Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ajarkan Anak Sedini Mungkin Mempresentasikan Gagasannya

25 November 2019   21:15 Diperbarui: 27 November 2019   14:26 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mengajarkan anak untuk mempresentasikan sesuatu dari medium gambar

Di tengah tingkat kompetisi serta standar yang semakin tinggi dalam dunia usaha dan kerja, keterampilan ini menjadi salah satu faktor penentu sukses tidaknya seseorang dalam berkarir dan berusaha.

Selain itu, kemampuan untuk dapat menyajikan presentasi secara baik, secara tidak langsung juga membentuk (atau dibentuk dari) pribadi-pribadi yang kreatif, kritis, terbuka, dan pembelajar. Sifat-sifat itu menjadi ciri dari sumber daya manusia yang maju dan unggul. 

Kita pasti sudah paham, semakin baik kompetensi dan mutu SDM kita, semakin besar pula peluang kita menjadi negara maju. Jadi, jangan remehkan masalah kemampuan untuk melakukan presentasi ini, apalagi buru-buru menyimpulkan kalau itu hanya masalah confident atau kepercayaan diri untuk bisa berbicara di depan umum.

Memang, kepercayaan diri bisa menjadi faktor pendukung. Tetapi, bukan itu utamanya. Ada banyak hal di balik penyajian presentasi yang sukses, yang melibatkan kemampuan riset, membaca, menganalisa, mengolah data, kecerdasan literasi, kemampuan menggunakan teknologi serta berbagai aplikasi penunjang presentasi, kecerdasan berbahasa, struktur dan sistem berpikir, kecerdasan emosi, kecerdasan sosial, selain juga pengalaman dan jam terbang.

Itu semua adalah hal-hal yang sifatnya tidak bisa dipelajari hanya dalam kurun waktu semalam, sepekan, atau mungkin setahun, apalagi untuk dikatakan sebagai bakat. Semua kemampuan itu merupakan proses yang harusnya dibentuk, dilatih, dan menjadi kebiasaan saat sekolah dan belajar.

Ilustrasi (Unsplash, Alex Litvin)
Ilustrasi (Unsplash, Alex Litvin)
Sayangnya, semenjak awal sistem pendidikan kita kurang memberikan ruang bagi peserta didik untuk menjadi kreatif, ekspresif, gemar membaca, rajin melakukan riset, cerdas literasi, bahkan untuk menjadi percaya diri saat berbicara di depan banyak orang.

Jarang sekali tersedia kesempatan bagi siswa untuk memaparkan pemikirannya, mengungkapkan ide dan pendapat dalam diskusi, berdebat dengan peserta didik lain, bahkan dengan guru. Padahal, itu menjadi sarana dan kesempatan yang sangat baik bagi siswa melatih diri untuk terampil mengungkapkan pemikiran dan gagasan.

Itu sebabnya, saya, dan kemungkinan besar banyak yang lain, menjadi gagap ketika harus melakukan hal ini dalam dunia kerja.Memang, belajar tidak hanya dilakukan sepanjang kita menjadi murid atau peserta didik di sekolah atau universitas. 

Namun, saya pikir, terlambat juga rasanya jika hal itu baru dipelajari saat kita sudah bekerja, sementara perusahaan atau tempat bekerja justru sedang menuntut hasil, kontribusi, atau aplikasi dari hasil belajar kita selama belasan tahun bagi kepentingan mereka.

Jika Anda ingat, sejak TK kebanyakan kita hanya diajar untuk mendengarkan dan meniru guru. Begitu seterusnya sampai SMA. Pada saat kuliah, memang mulai banyak tugas untuk presentasi, tetapi itu pun tidak diterapkan oleh semua dosen.

Kita pun jadi pasif, hanya belajar dari materi atau buku-buku yang dipakai atau disarankan guru dan dosen, kurang ekspresif, tidak terbiasa untuk mendengar pendapat, pemikiran, sudut pandang, atau ide yang berbeda, tidak terbiasa berbicara di depan umum, dan yang paling penting, kurang cerdas literasi karena memang tidak diarahkan untuk menjadi demikian dengan pola belajar yang terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun