Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Mangan Ora Mangan" a la Orang Karanganyar dan Wonogiri

30 Mei 2019   22:55 Diperbarui: 4 Juni 2019   23:20 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, meski menjadi kabupaten tetangganya, Wonogiri merupakan daerah yang kurang beruntung dalam hal SDA serta akses terhadap pusat ekonomi. Karena kurang subur, Wonogiri bersama beberapa kabupaten yang memiliki kondisi sama, seperti Gunung Kidul, Pacitan, Grobogan, Kebumen, serta beberapa daerah di pesisir, menjadi daerah kantung perantauan. 

Tak heran jika merantau kemudian menjadi kultur masyarakat dari daerah-daerah tersebut, karena itu yang harus dilakukan untuk bertahan hidup. 

Dari situ, jadi jelas 'kan alasan mengapa (orang) Wonogiri lebih tenar dibanding (orang) Karanganyar. "Species invasif", begitu saya sering menyebut para perantau dari Wonogiri yang terdapat di mana-mana itu sebagai gurauan. Mereka ada di desa hingga ke kota, dari Sabang sampai Merauke.

Bisa dikatakan, beruntunglah orang Karanganyar yang bisa aman dan nyaman bertahan di "rumah". Slogan "Mangan ora mangan sing penting ngumpul" tidak berlaku buat mereka, melainkan "Ayo ngumpul trus mangan-mangan". Namun, ruginya, ya mereka jadi tidak atau kurang tenar di Indonesia, dan orang pasti akan bertanya, "Di mana itu?" ketika seseorang mengaku berasal dari Karanganyar.

Sementara itu, terhadap orang Wonogiri, slogan "Mangan ora mangan ngumpul" pun juga sulit untuk mereka terapkan. Sebab, kalau ngumpul, mereka jadinya tidak bisa makan. Mereka harus merantau, karena daerah asal mereka tidak menyediakan banyak pilihan bagi mereka. Merantau jadi keharusan, bukan lagi pilihan. 

Eh, ngomong-ngomong, kita perlu berterima kasih kepada orang-orang Wonogiri di perantauan. Berkat mereka, mie ayam dan bakso Wonogiri jadi tersedia di seantero Indonesia, dan jadi makanan yang "invasif".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun