"Who is that girl I see, staring straight back at me.
When will my reflection show who I am inside?"
-Reflection-
Bullying, mendengarnya saja aku merasa ngeri.
Tak ingin kata itu mendarat di kedua telingaku lagi.
Tertindas.
Raga dan rasa.
Tak sekadar luka fisik yang dihadirkan,
Justru luka hati enggan untuk beranjak, ia menetap, lekat.
Mungkin tak hanya aku yang pernah merasa
Mungkin bukan hanya aku yang pernah mengenang
Mungkin aku bukan yang pertama pernah terjebak.
Rasa ini menyakitkan
Membayang dan begitu menakutkan
Dulu, aku ingin lari dari keadaan yang tak kuinginkan
Dulu, aku ingin bertanya tentang sebab aku tak diterima oleh mereka
Aku ingin pergi dari hinaan, cacian, gunjingan, bahkan fitnah tak berkesudahan
Aku ingin bertanya, apa salahku sebenarnya?
Aku bertahan dengan membutakan mata
Aku bertahan dengan menutup telinga
Aku acuh dengan mereka yang terus mengoyak rasa
Aku tak lagi peduli dengan apa yang mereka kata
Sampai akhirnya aku menemukan jiwaku yang baru
Jiwa yang lebih kuat dari sebelumnya
Jiwa yang dipaksa melupa, namun tak bisa
Jiwa yang lebih terbuka dan menerima
Luka itu masih membekas, tak mau lepas
Luka itu hanya sedikit terkikis, walau belum seluruhnya habis
Hanya saja, aku tak ingin terjebak di dunia luka yang sama
Aku ingin menyadarkan diri, "Kamu baik-baik saja sekarang ini"
Aku hidup dengan langkahku yang baru
Belajar bijak untuk terus menjalani kehidupan
Aku tak yakin apakah diriku sepenuhnya mampu
Aku ragu, luka yang dulu justru telah menyatu
Namun, perlahan aku sadar dan belajar
Tuhan menciptakan masa lalu yang membuatku berkaca,
Tuhan meyakinkan bahwa aku tak pernah sendirian
Tuhan mengajarkanku tentang hakikat dari cermin kehidupan
Sebuah cermin luka namun menguatkan
Sebuah cermin yang memberi bayangan untuk selalu mengokohkan
Sebuah cermin yang mendewasakan pikir dan perasaan
Aku masih belajar menata diri
Aku masih mencoba merapikan hati
Aku tak ingin lagi dibenci dan disakiti
Dan aku pun tak ingin menjadi diri yang menyimpan benci
(Cerita dari seorang Dia _ Gadis kecil yang pernah kutemui di kota seberang)
Sudut Kota Bercahaya
Rintik Hujan Bulan Desember
Oktav Unik Ardiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H