Mohon tunggu...
Oktav Unik Ardiana
Oktav Unik Ardiana Mohon Tunggu... Guru - Hamba Allah yang tengah menjadi seorang pembelajar. (Mahasiswi dan Guru IPA yang berdomisili di Banyumas dan Cilacap)

Anak perempuan pertama dari 4 bersaudara yang tengah belajar mengabdi pada dunia pendidikan. Masih terus belajar, belajar, dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bayangku di Cermin Masa Lalu

11 Desember 2020   08:31 Diperbarui: 11 Desember 2020   08:45 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pinterest/Rebecca Spencer

"Who is that girl I see, staring straight back at me.

When will my reflection show who I am inside?"

-Reflection-

Bullying, mendengarnya saja aku merasa ngeri.

Tak ingin kata itu mendarat di kedua telingaku lagi.

Tertindas.

Raga dan rasa.

Tak sekadar luka fisik yang dihadirkan,

Justru luka hati enggan untuk beranjak, ia menetap, lekat.

Mungkin tak hanya aku yang pernah merasa

Mungkin bukan hanya aku yang pernah mengenang

Mungkin aku bukan yang pertama pernah terjebak.

Rasa ini menyakitkan

Membayang dan begitu menakutkan

Dulu, aku ingin lari dari keadaan yang tak kuinginkan

Dulu, aku ingin bertanya tentang sebab aku tak diterima oleh mereka

Aku ingin pergi dari hinaan, cacian, gunjingan, bahkan fitnah tak berkesudahan

Aku ingin bertanya, apa salahku sebenarnya?

Aku bertahan dengan membutakan mata

Aku bertahan dengan menutup telinga

Aku acuh dengan mereka yang terus mengoyak rasa

Aku tak lagi peduli dengan apa yang mereka kata

Sampai akhirnya aku menemukan jiwaku yang baru

Jiwa yang lebih kuat dari sebelumnya

Jiwa yang dipaksa melupa, namun tak bisa

Jiwa yang lebih terbuka dan menerima

Luka itu masih membekas, tak mau lepas

Luka itu hanya sedikit terkikis, walau belum seluruhnya habis

Hanya saja, aku tak ingin terjebak di dunia luka yang sama

Aku ingin menyadarkan diri, "Kamu baik-baik saja sekarang ini"

Aku hidup dengan langkahku yang baru

Belajar bijak untuk terus menjalani kehidupan

Aku tak yakin apakah diriku sepenuhnya mampu

Aku ragu, luka yang dulu justru telah menyatu

Namun, perlahan aku sadar dan belajar

Tuhan menciptakan masa lalu yang membuatku berkaca,

Tuhan meyakinkan bahwa aku tak pernah sendirian

Tuhan mengajarkanku tentang hakikat dari cermin kehidupan

Sebuah cermin luka namun menguatkan

Sebuah cermin yang memberi bayangan untuk selalu mengokohkan

Sebuah cermin yang mendewasakan pikir dan perasaan

Aku masih belajar menata diri

Aku masih mencoba merapikan hati

Aku tak ingin lagi dibenci dan disakiti

Dan aku pun tak ingin menjadi diri yang menyimpan benci

(Cerita dari seorang Dia _ Gadis kecil yang pernah kutemui di kota seberang)

Sudut Kota Bercahaya

Rintik Hujan Bulan Desember


Oktav Unik Ardiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun