Mohon tunggu...
Oktavia Purnama Dewi
Oktavia Purnama Dewi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Its Me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

M o c h i

27 Juni 2024   10:12 Diperbarui: 27 Juni 2024   10:19 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                M o c h i e 

Terik begitu membakar pergelangan tangan Prabu. Lelaki berperawakan atletis mengayuh Polygon hitam kesayangannya menuju parkiran swalayan bercat biru tempat dia bekerja. Ia baru selesai mengantarkan delivery pelanggan.

       "Weh, gosong lo Prab". Sapa Kenzo Ketika Prabu membuka pintu dan menuju ruang kasir.

       "Huufft.....ya begini kalau yang harusnya antar barang lagi cuti" Kata Prabu sembari meneguk air mineral pada thumbler berwarna biru.

Prabu dan Kenzo dipekerjakan sebagai kasir dan kadang bergantian dengan rekan yang lain agar semua karyawan dapat melakukan pekerjaan yang sama.

       "Kenapa kamu nggak pakai Nmax ku?"

       "Enakan juga naik sepeda...bisa santuy, lagian nggak jauh".

       "Tapi kan kamu ngeluh kan Prab, tu lihat ....selamat datang di swalayan kami" Kenzo mengalihkan pembicaraan lalu menyapa pelanggan yang masuk dengan senyum ramah.

Prabu mengulum senyum. " Akhirnya nggak jadi ceramah".

Begitulah keseharian Prabu dan Kenzo yang tak pernah bosan dengan aktivitasnya. Ia selalu melayani pembeli dengan ramah. Tak jarang bila pelanggan senang dan hafal dengan mereka. Apalagi di sudut kanan kasir terdapat point coffee yang stategis untuk pelanggan menikmati sajian dan berbincang ramah. Dan terutama jika para gadis yang duduk di sana, Tak henti mata mereka menilai siapa yang paling cantik dan berusaha memikat hatinya.

       Kenzo, memliki tubuh tegap dengan topi crocodile krem yang tak pernah lepas dari kepalanya. Prabu sering usil dan menyembunyikan topi milik Kenzo. Padahal Kenzo lebih terlihat tampan tanpa topi, rambut belah tengah membuat ia terlihat menawan.

Sedangkan Prabu, lebih suka terlihat kalem dengan kaca mata minusnya. Rambut ikal agak gondrong sebahu namun wajah kalemnya selalu terlihat dengan sikap penyayangnya. Mereka adalah rekan kerja yang solid.

Pukul 22.00 toko mulai sepi. Kendaraan pun tak cukup ramai melintasi keheningan malam. Hanya beberapa motor anak muda yang kebut-kebutan barangkali ingin membelah sunyi.

Prabu terhenyak menatap gadis di hadapannya. Cantik, imut dan senyumnya terlihat Lelah. Tangannya menyodorkan sebuah es krim mochi dan memberikan selembar uang lima puluhribuan.

"Lima ribu, dan ini kembaliannya terima kasih " kata Prabu sambil memberikan senyum termanisnya.

Sang gadis hanya tersenyum dan menyimpan uang kembalian ke dalam saku bajunya.

" Cantik nian dikau..." , ucap Kenzo sembari ekor matanya mengikuti Langkah gadis menuju kursi berwarna putih di sudut ruang point coffee.

Prabu sejak tadi mengamati pesona gadis yang membeli mochi dengan tatapan kagum. Gadis yang memiliki senyum lembut dengan pakaian kerja berwarna biru, sepertinya ia bekerja di rumah sakit. Gadis itu masih saja menikmati es krim mochi sendiri hingga pukul 22.30 kemudian gadis itu keluar dan meninggalkan swalayan dengan scoopy berwarna biru.

          ***

Pukul 08.00 pagi. Prabu dan Kenzo Nampak terlatih dengan aktivitasnya di kasir. Sembari menata barang-barang untuk pelanggannya.

"Semalam itu siapa ya, kok baru lihat". Kenzo membuka percakapannya. Tangannya mengeluarkan topi dari dalam tasnya.

" Iya eh, kayanya kerja di rumah sakit kalau dilihat dari seragamnya". Jawab Prabu sambil memisahkan barang-barang yang hampir kedaluarsa.

"Asik...ada Marlboro.." kenzo langsung memisahkan rokok favoritnya dari beberapa barang di meja.

Seperti biasa, kebijakan di swalayan ini karyawan boleh mengambil barang-barang yang hampir kedaluarsa.

" Ah, lo Sukanya rokok". Kata Prabu menarik Kembali Marlboro yang dipegang Kenzo.

" laki-laki itu harus merokok, Prab biar keliatan ganteng ...belajar dong sama gue". Kenzo menarik Kembali marlboro miliknya.

Prabu menatap wajah Kenzo kesal. Ia tak menyukai rokok. Karena itu Prabu memilih mengambil wafer atau minuman kaleng.

Tapi kali ini, Prabu akan mengambil mochi. pikirnya sambil mengemasi barang-barang dan dibawa ke Gudang. Senyumnya mengembang pertanda ia menang.

 

          ***

Pukul 22.00 wita. Suasana malam Kembali sunyi.

"Eh, dia lagi..." Kenzo menatap wajah gadis cantik seragam biru muda untuk membeli es krim mochi.

Prabu spontan menoleh ke aarah gadis berdiri di depan kasir. Hatinya berdegup lebih cepat ia menata perasaanya sambil mengelap kata matanya yang mengembun. Sinar matanya berbinar. Sepertinya Prabu menyukai gadis itu. penasaran dengan nama yang melekat pada seragam biru Prabu mencoba memperkenalkan dirinya.

" Mochi" ucapnya dengan tegas, lalu wajahnya terkesiap "astaga..." Prabu kaget sendiri setelah menyebutkan dirinya Bernama mochi. di otaknya hanya mochi dan mochi.

Gadis itu tersenyum sambil berlalu menuju kursi point coffee.

Kenzo terkekeh dari balik rak produk yang ditata. Matanya yang sipit dan tertutup topi Nampak mengejek Prabu.

Prabu Cuma nyengir. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ya....Gadis mochi akhirnya Prabu menamainya. Setiap pukul 22.00 malam si Mochi datang untuk menikmati es krim sendirian kemudian pulang. Seragam biru khas rumah sakit dengan Panjang tepat di lutut selalu ia kenakan membalut kulitnya yang putih. Rambut sebahu terkadang dibiarkan tergerai dan kadang diikat dengan pita berwarna pink. Tangannya selalu membawa tas ransel kecil hitam yang mungkin cukup untuk membawa dompet dan gawai. Langkah sepatu flat hitam terdengar pelan Ketika ia memasuki swalayan yang sudah hening. Sorot matanya terlihat Lelah menuju chest freezer yang terletak di sudut ruang kaca.

Sementara Prabu dan Kenzo berlomba untuk mendapatkan hati sang gadis mochi. di setiap malam mereka selalu menunggu kedatangannya. Prabu tak kan menyerah Ketika gadis mochi hanya memberikan senyumnya, ia ingin nama Prabu bisa menempati posisi paling atas di hati sang gadis. Demi mendapatkan posisi yang paling bertahta, Prabu di setiap malamnya selalu memberikan jatah mochi untuk si gadis.

"Ini untuk kamu", kata prabu Ketika si gadis berdiri di depan kasir.

"terima kasih ya, tapi saya cukup makan satu saja". jawab gadis menyodorkan Kembali mochi pemberian prabu.

"Tapi, saya kasih ini buat kamu mochi..."

Prabu tak menyerah. Setiap kali gadis itu datang, ia selalu menyerahkan satu mochi untuk si gadis, sampai akhirnya.... Prabu memperoleh tempat di hati si gadis. Gadis itu Bernama....... Hanya Prabu yang tahu.

Setiap pukul 22.00 Prabu selalu menemani si gadis menikmati mochi di kursi point coffee. Kisah-kisah receh mereka mengukir di setiap detik waktu.

Dan Kenzo?

Kenzo menikmati sebatang Marlboro di luar sembari melihat lalu Lalang kendaraan yang memecah keheningan malam. Prabu pun tidak tahu dan tidak ingin tahu perasaan kekalahan Kenzo. Hanya suasana langit yang temaram menjadi kawan paling sunyi.

           ***

Prabu menarik napas pelan. beberapa kali ia melirik arlojinya namun si gadis tak kunjung datang membeli mochi.

Pukul 22.10.....

Prabu malam ini menjaga kasir tanpa Kenzo. Gelisah karena menunggu bukanlah hal yang mengasikkan bagi Prabu.

"Malam ini aku absen Prab, tadi sudah Izin sama Bos " Kata kenzo bergegas menunggangi Nmax hitamnya.

Prabu mengiyakan.

Tangannya mengutak katik gawai yang sejak tadi tak ada notifikasi. Menggulirkan aplikasi demi aplikasi hingga...

"Astaga, kamu kenapa???" Prabu terhenyak melihat si gadis mochi membuka pintu swalayan yang sudah hampir pukul 00.

Langkah kaki si Gadiis sedikit menyeret dan baju dinas terlihat sobek compang camping. Tanpa alas kaki ia menuju chest freezer dan mengambil satu buah mochi. wajahnya pucat dan rambut sangat berantakan.

Gadis itu duduk di tempat biasanya sambil menikmati es krim kesukaannya. Prabu segera menghampiri dan duduk di depannya.

"Kamu kenapa mochi..."

"habis kelahi? Atau kamu ..."

"Mochi....ngomong dong..biar aku tahu siapa yang menyakiti kamu". kata Prabu sambil menatap keanehan pada si gadis.

Tatapan nanar gadis mochi tak berkedip. Kosong dan penuh misteri. Ada guratan kemarahan di wajahnya. Seakan meronta pada senandika. Si gadis berdiri dan menyerahkan tas plastic hitam di meja kasir lalu pergi.

Prabu masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gadis mochinya sangat berbeda dari biasanya. Ia lalu bergegas berlari menyusul si gadis. Namun si gadis sudah tak ada.

" Aisshh..... kalah cepat aku". Gerutu Prabu. Langkahnya Kembali gontai memasuki swalayan. Ia kemudian membereskan tempat point coffee dan menata Kembali kursi yang belum rapi.

Aneh....batin Prabu. "kenapa si mochi diam dan pucat ya?...atau tadi bukan si mochi.." . Prabu segera menepiskan pikiran semrawutnya. Matanya tertuju pada tas plastic hitam yang masih tergeletak di meja kasir lalu membuangnya ke tempat sampah di luar.

          ***

Pukul 07.00 pagi. Prabu melirik arlojinya di meja kamarnya. Pikirannya masih bergelayut menyisakan tanda tanya pada si mochi. ia bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk mengais rezeki. Prabu mengayuh polygon dengan sedikit terburu-buru barangkali ada kabar baik tentang si gadis.

"tumben Kenzo belum datang" pikir Prabu sambil menatap meja kasir. Tak ada yang berubah dari peritiwa semalam. Hanya suasana terasa hening dan dingin. Gawai di saku celananya berdering.

"Gua telat ya Prab..." suara kenzo agak berat.

"Lo sakit Ken?"

" Sedikit flu"

Prabu menutup gawainya dan menggulirkan ke aplikasi sosialnya.

Matanya terbelalak membaca judul pada sebuah beranda Instagram. Dadanya bergemuruh.

Seorang Remaja pegawai Rumah Sakit di perkosa hingga Meninggal.

Dan kejadiannya pukul 22.30 tadi malam. Namun pelakunya belum tertangkap. Gadis itu Bernama ......

Tubuh Prabu lemas seketika, ia melepas kaca matanya yang mengembun, basah dengan air mata. Tubuhnya gemetar dan dingin.

"Lalu??? Yaang semalam ke sini siapa???"

Ternyata pertemuan semalam dengan si mochi adalah pertemuan terakhirnya. Prabu terisak, pikirannya terkuras rasa penasaran. Apakah itu kamu mochi? tapi kenapa kamu nggak ngomong apa-apa? Apakah arwahmu penasaran dengan pelakunya? Prabu teringat dengan benda yang diberikan di meja kasir.

Prabu bergegas keluar mencari tas plastic hitam di tong sampah. Diraihnya tas plastic itu dan dibuka. Wajah Prabu memerah. Emosi yang tak bisa ia kendalikan Ketika melihat benda di dalamnya. Sebuah rokok Marlboro yang hampir kedaluarsa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun