Langkah kaki si Gadiis sedikit menyeret dan baju dinas terlihat sobek compang camping. Tanpa alas kaki ia menuju chest freezer dan mengambil satu buah mochi. wajahnya pucat dan rambut sangat berantakan.
Gadis itu duduk di tempat biasanya sambil menikmati es krim kesukaannya. Prabu segera menghampiri dan duduk di depannya.
"Kamu kenapa mochi..."
"habis kelahi? Atau kamu ..."
"Mochi....ngomong dong..biar aku tahu siapa yang menyakiti kamu". kata Prabu sambil menatap keanehan pada si gadis.
Tatapan nanar gadis mochi tak berkedip. Kosong dan penuh misteri. Ada guratan kemarahan di wajahnya. Seakan meronta pada senandika. Si gadis berdiri dan menyerahkan tas plastic hitam di meja kasir lalu pergi.
Prabu masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gadis mochinya sangat berbeda dari biasanya. Ia lalu bergegas berlari menyusul si gadis. Namun si gadis sudah tak ada.
" Aisshh..... kalah cepat aku". Gerutu Prabu. Langkahnya Kembali gontai memasuki swalayan. Ia kemudian membereskan tempat point coffee dan menata Kembali kursi yang belum rapi.
Aneh....batin Prabu. "kenapa si mochi diam dan pucat ya?...atau tadi bukan si mochi.." . Prabu segera menepiskan pikiran semrawutnya. Matanya tertuju pada tas plastic hitam yang masih tergeletak di meja kasir lalu membuangnya ke tempat sampah di luar.
     ***
Pukul 07.00 pagi. Prabu melirik arlojinya di meja kamarnya. Pikirannya masih bergelayut menyisakan tanda tanya pada si mochi. ia bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk mengais rezeki. Prabu mengayuh polygon dengan sedikit terburu-buru barangkali ada kabar baik tentang si gadis.