Mohon tunggu...
Oktaviani Sea
Oktaviani Sea Mohon Tunggu... -

Sang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arhiza Ingin Menikah

12 November 2011   21:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:44 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika usia semakin bertambah, orang semakin peka terhadap dorongan untuk berumah tangga Dek. Pada diri manusia, memang terdapat naluri untuk mengikat persahabatan dengan lawan jenis. Kita semua tau itu. Ya gak Dek? Dorongan ini muncul pada diri laki-laki maupun perempuan, hanya ekspresinya yang berbeda.
Seorang wanita yang matang, mengekspresikan kebutuhannya terhadap lawan jenis sebagai teman hidup dengan cara-cara yang dewasa dan mempersiapkan diri baik-baik untuk menyambutnya, jauh-jauh hari sebelumnya. Kerinduan terhadap teman hidup yang membantunya bertakwa kepada Allah, ditunjukkan dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menata hati dan tujuan." ujar panjang Yudhis. Arhiza mengeryitkan dahinya.

"apa yang membuatmu risau Dek?"

Arhiza menunduk lama.
"aku sedang jatuh cinta pada teman satu kampus, ia ketua kegiatan kerohanian di salah satu organisasi kerohanian di kampusku.. aku takut..aku takut.." katanya.

"Ada banyak mujahadah (perjuangan) pada masa-masa ini. Perjuangan untuk tetap menyiapkan sekaligus menambah bekal untuk kelak mendampingi suami dan menyusui anak dengan tenang. Perjuangan untuk menegakkan prasangka yang baik (khusnudzhan) kepada Allah. Pasti Ia menolong, sebagaimana Ia mempertemukan Zulaikhah sebagai istri Yusuf a.s. setelah bertahun-tahun Zulaikhah berdo'a karena tak kuat menahan sakitnya merindukan Yusuf yang dicintainya. Perjuangan untuk tetap menjadi muslimah yang punya komitmen terhadap agamanya....

Yudhis mengela nafas sebelum ia melanjutkan nasihatnya lagi,
..."Orang yang mempunyai niat yang tulus," kata Imam Ja'far Ash-Shadiq, guru dari Imam Abu Hanifah, "adalah dia yang hatinya tenang; sebab hati yang tenang, terbebas dari pemikiran mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari upaya membuat niatmu murni untuk Allah dalam segala perkara."

"...maafin kakak lho ya? Bukan bermaksud menggurui.."

Arhiza mengangguk,

"kalau kita menyegerakan nikah karena niat yang jernih, insya Allah hati kita akan merasakan sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat menghadapi masalah-masalah yang harus diselesaikan. Kita merasa yakin, meskipun harapan dan ke khawatiran meliputi dada. Kita merasa tenang, meskipun ada sejumlah masalah yang membebani dan menyita perhatian.

...Ketenangan dan beban masalah bukanlah dua hal yang bertentangan. Seperti seorang ibu yang telah memiliki kematangan, kedewasaan dan kasih sayang besar kepada anak serta pengharapan besar terhadap ridha Allah. Saat menghadapi persalinan, ia merasakan ketenangan hati dan keyakinan. Tetapi, ia juga harus melewati perjuangan mendebarkan yang melelahkan secara fisik dan ketegangan psikis. Tetapi, ketegangan ini bukan sejenis perasaan tidak aman.

...Lain lagi dengan tergesa-gesa. Ketergesa-gesaan ditandai oleh perasaan tidak aman dan hati yang diliputi kecemasan yang memburu. Seperti berdiri di dekat anjing galak yang tidak pernah kita kenal, ada perasaan untuk cepat-cepat berlari pergi meninggalkan tempat itu. Kalau berlari takut dikejar dan terjatuh. Kalau tetap berdiri didekatnya, tidak ada kepastian dan mengkhawatirkan. Jangan-jangan anjing itu menggigit.

...Inilah gambaran sekilas. Kalau belum jelas, bertanyalah kepada hati nuranimu. Mintalah fatwa kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun