Mohon tunggu...
Oktaviani Rahma Nurazizah
Oktaviani Rahma Nurazizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Aktif Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

GAP atau Tantangan Sekolah Islam Terpadu (SIT) dalam Manajemen Pendidikan Islam Abad 21

5 November 2024   17:30 Diperbarui: 5 November 2024   17:33 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sekolah Islam Terpadu (SIT) berkembang pesat di Indonesia sebagai alternatif pendidikan yang mengintegrasikan kurikulum umum dengan pendidikan agama Islam secara terpadu. SIT bertujuan untuk menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Islam. 

Namun, di tengah tuntutan manajemen pendidikan abad 21, SIT menghadapi beberapa gap atau masalah yang memerlukan perhatian khusus. Tuntutan abad 21 membawa tantangan dalam hal inovasi, teknologi, dan kemampuan untuk menghadapi perubahan sosial dan ekonomi yang cepat.

Oleh karena itu, pembahasan ini penting untuk membantu SIT dalam mengevaluasi dan memperbaiki secara berkelanjutan dengan mengamati berbagai masalah kesenjangan yang mungkin dihadapi. San Mikael Sinambela dan timnya mengidentifikasi tiga kesenjangan utama dalam pendidikan, yaitu: kesenjangan akses, kesenjangan keterampilan, dan kesenjangan kualitas pembelajaran.

Pertama, Kesenjangan akses digital dalam pendidikan merujuk pada perbedaan yang signifikan dalam ketersediaan dan pemanfaatan teknologi digital, termasuk akses terhadap internet, perangkat keras seperti komputer atau tablet, serta keterampilan digital yang memadai. Hal ini mencakup akses terhadap perangkat teknologi hingga ketersediaan koneksi internet yang stabil dan terjangkau. 

Dalam dunia pendidikan, kesenjangan ini berdampak serius terhadap kesempatan belajar dan peluang karir, karena individu tanpa akses atau keterampilan digital yang memadai akan sulit memperoleh informasi, memanfaatkan layanan publik, mengakses pendidikan berkualitas, dan bersaing dalam dunia kerja.

 Akibatnya, kesenjangan akses digital ini dapat memperparah ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, memperlebar jurang antara mereka yang memiliki akses teknologi yang memadai dengan mereka yang tidak memilikinya.

Kedua, Kesenjangan keterampilan dalam konteks digital di bidang pendidikan mengacu pada perbedaan kemampuan individu dalam memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan mutu pendidikan. 

Kesenjangan ini dapat muncul dalam berbagai aspek, seperti keterampilan menggunakan perangkat keras dan lunak, akses ke internet, serta kemampuan digital yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi dan layanan pendidikan berkualitas. Dalam dunia pendidikan saat ini, kesenjangan keterampilan digital menjadi tantangan besar. 

Banyak siswa yang tidak memiliki akses yang merata ke perangkat teknologi, seperti komputer, laptop, atau tablet, serta koneksi internet yang stabil dan terjangkau. Kondisi ini membatasi mereka dalam mengakses informasi, layanan pendidikan berkualitas, dan berpartisipasi dalam pembelajaran yang lebih interaktif serta efektif.

Ketiga, Kesenjangan kualitas pembelajaran dalam konteks digital mencerminkan perbedaan yang mencolok dalam mutu dan keterjangkauan pendidikan yang dialami siswa di berbagai wilayah, terutama di daerah terpencil dan pedesaan.

 Perbedaan ini melampaui sekadar akses teknologi; ia mencakup variasi dalam kualitas materi pembelajaran yang disediakan, kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi dalam proses belajar-mengajar, serta keterampilan siswa dalam memanfaatkan teknologi untuk hasil belajar yang optimal. 

Ketidaksetaraan ini berdampak signifikan pada kemampuan siswa dalam memperoleh informasi yang relevan, mengakses layanan pendidikan yang berkualitas, dan meraih peluang pendidikan atau pekerjaan yang lebih baik di masa depa

n. Siswa yang kurang memiliki akses ke perangkat digital berkualitas atau keterampilan digital dasar berisiko tertinggal secara akademik dan profesional, yang pada akhirnya dapat memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi antara mereka yang dapat mengakses teknologi modern dengan mereka yang tidak.

Dalam menghadapi tantangan abad 21, Sekolah Islam Terpadu (SIT) perlu melakukan evaluasi dan perbaikan berkelanjutan untuk mengatasi berbagai kesenjangan dalam pendidikan. Kesenjangan akses digital mengakibatkan ketidakmerataan dalam ketersediaan teknologi dan informasi, sedangkan kesenjangan keterampilan digital memperlihatkan perbedaan kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran yang efektif. 

Selain itu, kesenjangan kualitas pembelajaran menunjukkan variasi mutu pendidikan yang dialami siswa di berbagai daerah, terutama di wilayah terpencil. Untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berakhlak mulia, SIT harus berupaya menutup kesenjangan ini agar semua siswa memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan berkualitas.

Sumber : Modul Ajar Sekolah Islam Terpadu Prof. A. Rusdiana, M.M. (https://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/100464)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun