Mohon tunggu...
Oktaviani NS
Oktaviani NS Mohon Tunggu... Freelancer - Free human being

Still learning and will never stop. Kindly check https://gwp.id/story/121331/tentang-luka for more.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Blunder Influencer dan Omnibus Law yang Ingin Dihalau

14 Agustus 2020   22:05 Diperbarui: 15 Agustus 2020   02:09 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blunder Influencer dan Omnibus Law yang ingin Dihalau

Draf Omnibus Law RUU tentang Cipta Kerja yang berisi 1028 halaman ternyata dinilai tidak cukup baik untuk memberikan hak-hak para pekerja. RUU Cipta Kerja yang pertama kali diserahkan pada tanggal 12 Februari 2020 menimbulkan reaksi panas dari pekerja yang terdampak.

Banyak dari influencers mendukung RUU Cipta Kerja lewat tagar Indonesiabutuhkerja. Keterlibatan para influencers dinilai menjadi sebuah blunder yang menyatakan seolah-seolah Omnibus Law dapat memberi kesejahteraan dan bisa membuka lapangan kerja sebesar-besarnya untuk rakyat.

Para influencer disindir hanya mencari 'cuan' tanpa mengetahui apa yang sedang mereka kampanyekan, bahkan Komnas HAM pun menyindir hal serupa. Hal ini tentu membuat ramai media sosial. Setelah mendapat teguran keras dari warganet, akhirnya beberapa dari influencers mengklarifikasi postingan mereka.

Riset yang kurang saat menerima 'kerjaan' kembali menjadi alasan utama mereka membela diri.

Hari ini, 14 Agustus 2020, ratusan massa mulai dari buruh, petani, nelayan, mahasiswa, hingga masyarakat adat kembali turun ke jalan untuk menuntut keadilan yang dirasa semakin semu. Tidak hanya di depan gedung DPR/MPR, tapi aksi ini juga terpantau berlangsung di beberapa wilayah.

RUU tentang Cipta Kerja dinilai tidak berpihak kepada pekerja, melainkan hanya mengutamakan keuntungan yang didapat investor. Kemudahan investasi akan didapat, sedang hak dasar pekerja makin tercekat.

Salah satu isi yang dinilai paling merugikan dan berdampak buruk adalah karena lewat RUU Cipta Kerja, investor tidak harus pusing perihal AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan izin lingkungan untuk membangun sebuah kerajaan bisnis. 

Hal ini tentu lebih berisiko mengancam lingkungan. Kerusakan ekosistem lingkungan yang timbul pun akan sulit diproses pertanggungjawabannya karena sanksi pidana dihilangkan.

Pemerintah Daerah sudah tidak lagi memiliki hak untuk menganalisis dampak lingkungan yang mungkin menimpa daerahnya karena aturan itu berada langsung di bawah pemerintah pusat. Otonomi daerah pun sudah tidak ada artinya.

Kerugian lain adalah berkurangnya hak-hak pekerja perempuan. Pada Omnibus Law, perusahaan tidak lagi wajib membayarkan cuti kehamilan atau dengan kata lain sudah tidak ada lagi cuti melahirkan dan cuti haid untuk para perempuan.

Eksploitasi pekerja juga salah satu dampak dari disahkannya RUU Cipta Kerja. Pekerja dapat dikontrak seumur hidup tanpa kepastian status kerja karena pada RUU Cipta Kerja, kontrak kerja akan dihapuskan. Lalu, durasi jam kerja juga akan dihapuskan. Hal ini tentunya akan dimanfaatkan oleh perusahaan.

Upah murah sebagai akibat dari dihilangkannya upah minimum dan mudahnya sistem PHK juga merupakan dampak buruk dari RUU Cipta Kerja. "Easy hiring, easy firing" begitulah slogan RUU Cipta Kerja. Frasa ini membuat pekerja semakin kebingungan, di satu sisi merasa tertekan karena upah yang kecil, namun di sisi lain pekerja juga terancam kehilangan pekerjaan tanpa mendapat pesangon.

Aksi yang hari ini berlangsung di depan gedung DPR/MPR merupakan reaksi dari janji yang kembali diingkari. Mengutip dari CNN, Habibus (Juru bicara Gerakan Tolak Omnibus Law) mengingatkan bahwa DPR pernah menyatakan penundaan pembahasan Omnibus Law, tapi pada kenyataannya justru berbalik.

Sebagai tambahan, pidato Presiden Jokowi 14/8 yang menyatakan bahwa penerapan Omnibus Law akan dilaksanakan mulai tahun 2021 dengan harapan agar investasi meningkat dan pemulihan ekonomi setelah pandemi dapat segera terwujud tentu juga menimbulkan reaksi yang disuarakan melalui aksi di depan gedung DPR/MPR maupun lewat tagar #JegalOmnibusLaw hari ini.

CNN Indonesia (2020). Jokowi Resmi Pakai Omnibus Law di 2021 Genjot Ekonomi. Diakses pada 14 Agustus 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun