Mohon tunggu...
Oktaviani NS
Oktaviani NS Mohon Tunggu... Freelancer - Free human being

Still learning and will never stop. Kindly check https://gwp.id/story/121331/tentang-luka for more.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apa yang Dikejar Gilang, Si Pemilik Fetish "Bungkus"?

31 Juli 2020   23:24 Diperbarui: 31 Juli 2020   23:35 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fetis adalah suatu objek yang dapat memberikan kepuasan seksual, objek itu bisa diperoleh dari suatu hal yang tidak wajar dan terkadang bagian tubuh nongenital, bisa juga berupa benda tak hidup (Lowenstein, 2020). Contoh benda-benda yang biasanya dijadikan objek fetis adalah kaus kaki, boneka, dan pakaian dalam.

Pada kasus Gilang, ada hal yang bisa dibilang sedikit nyeleneh karena ia memilih kain jarik sebagai objek yang bisa meningkatkan gairah seksualnya.

Fetis digunakan untuk membangun gairah seksual pada individu. Dibandingkan dengan perempuan, laki-laki dinilai lebih cenderung memiliki fetis.  Pemilik fetis juga cenderung merahasiakan objek yang menjadi penarik gairah seksual mereka.

Ramainya perbincangan di media sosial tentang dugaan fetis yang dimiliki Gilang sebenarnya masih sangat dini untuk diafirmasi kebenarannya. Bila dicermati lebih jauh, tidak hanya kain jarik yang diminta oleh Gilang untuk membungkus tubuh korban. Ada beberapa foto yang menunjukkan bahwa korban menggunakan kain lain, seperti kain selimut dan kain seprai. Bahkan, Gilang juga sempat meminta korban diikat dengan lakban hitam.

Seperti kita ketahui, fetis fokus kepada objek yang bisa membangkitkan gairah seksual. Objek itupun biasanya bagian tubuh nongenital atau benda mati. Sedangkan, Gilang menuntut ada objek lain di dalamnya, yaitu manusia yang dibungkus.

Dia juga beralibi untuk kebutuhan penelitian, beberapa bagian vital korban harus disentuh guna melihat reaksi yang timbul. Bahkan saat korban mengalami sesak napas, Gilang tetap bersikeras memaksa untuk melanjutkan 'kegiatan' mereka.

Kedua alasan di atas cukup menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Gilang bukan hanya menunjukkan kebutuhan fetisnya.

Dugaan lain muncul saat Gilang memaksa korban untuk tetap melakukan apa yang dia inginkan, meskipun hal itu dapat menyakiti atau membuat risih korbannya.

Tindakan ini mengingatkan kita pada tindak sadomasokisme. Dikutip dari merdeka.com, sadomasokisme adalah salah satu penyimpangan seksual di mana penderita akan mencapai kepuasannya setelah menyakiti pasangannya.

Bicara tentang sadomasokisme, tentu tidak asing dengan sebutan 'role play' di mana ada peran dominan dan submisif. Dominan adalah pemegang kendali, sedangkan submisif sebaliknya.

Dalam memuluskan aksinya, sejak awal Gilang menggunakan kuasanya sebagai kakak tingkat untuk menuntut calon korbannya yang kebanyakan adalah junior di kampus dan beberapa korban lain yang selalu berusia lebih muda darinya. Dari sudut pandang ini, Gilang memiliki role sebagai 'dominan', sedangkan korban adalah 'submisif'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun