Mohon tunggu...
YuukiAme
YuukiAme Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa Ilmu Komunikasi

saya hobi menulis sejak SMP kelas 1, saya suka menulis cerita-cerita pendek random, saya juga pernah membuat blog tentang beauty saat kelas 3 SMP, tapi berhenti karena alasan tertentu dan terkadang saya menulis beberapa cerita di karyakarsa dan fizzo.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen : Takdir Membuatku Belajar

4 Oktober 2023   11:08 Diperbarui: 10 Oktober 2023   11:28 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Takdir Membuatku Belajar.

Nama ku Matsumae Hana, aku seorang yatim piatu. Ibu meninggal ketika melahirkanku, sedangkan ayah meninggal karena sakit saat usiaku 5 tahun. Sejak ayah meninggal aku tinggal bersama keluarga ayahku, aku selalu di oper kesana kemari. Keluarga ayah tidak ada yang ingin merawatku, mungkin karena aku hanya menjadi beban untuk mereka.

Selalu di oper kesana kemari membuatku tidak memiliki teman, karena aku selalu berpindah-pindah tempat. Ini semua membuat ku stress dan kenyataan bahwa aku tidak diinginkan oleh semua anggota keluarga ayah semakin membuat ku depresi. Semua rasa stress dan depresi ini sudah kurasakan sejak aku kecil. Dan ini membuat kepribadian ku yang tadinya ceria menjadi pemurung.

Aku pun selalu dirundung di kelas, karena anak murung sepertiku sulit mendapat teman dan tidak ada yang mau berteman dengan anak sepertiku. Semua pukulan dan jambakan yang diberi teman sekelas ku selalu ku terima, Aku selalu merasa bahwa aku pantas mendapatkan ini semua karena aku anak yang tidak beruntung.

Hari-hari ku jalani dengan rasa sakit yang sama setiap harinya. Selalu dioper kesana kemari, pindah ke lingkungan baru, pindah ke sekolah baru,aku menjalaninya dengan terpaksa. Kalau boleh memilih aku ingin tinggal sendiri saja, tapi sayangnya keluarga ayahku melarangnya karena takut nama baik mereka tercemar.

Hingga aku bertemu dengan keluarga baik hati yang mau merawatku. Dia adalah kerabat jauh ayah, sangat jauh hingga keluarga ayah jarang ada yang mengenalnya. Mereka hanya tinggal berdua, mereka tidak dikaruniai anak. Paman Sam yang menghadiri upacara pemakaman salah satu saudara ayah , tidak sengaja melihatku duduk di luar rumah sendiri.

Paman Sam saat itu bertanya kepada salah satu anggota keluarga yang ada disana, setelah mengetahui cerita mengenai ku. Paman Sam pulang dengan perasaan bimbang, hingga Bibi Yuri terheran-heran melihat gelagat suaminya.

"sayang, ada apa? Semenjak kamu pulang dari upacara pemakaman itu, kamu selalu terlihat murung?" tanya Bibi Yuri yang mengkhawatirkan suaminya.

"tidak apa apa sayang" jawab Paman Sam. Bibi Yuri pun tidak ingin memaksa Paman, dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Paman Sam terlihat sedang sibuk dilantai dua rumah mereka, bibi Yuri pun penasaran dengan apa yang sedanng dilakukan suaminya. Ternyata paman sedang membersihkan salah  satu kamar di lantai dua yang dijadikan gudang, bibi Yuri sangat penasaran tapi dia enggan bertanya kepada suaminya.

Saat sedang menyiapkan makan malam, bibi Yuri dikejutkan oleh Paman Sam yang secara tiba-tiba mengatakan.

" Yuri, saat aku datang ke upacara pemakaman bibi, aku melihat ada seorang gadis kecil umurnya sekitar 13 tahun sedang duduk memnyendiri, tubuhnya sangat kurus, dan dia terlihat sangat murung. Dia adalah anak dari salah satu kerabatku yang sudah meninggal, dia yatim piatu dan selalu dioper dari satu keluarga ke keluarga lainnya. Aku sudah memikirkan ini baik-baik, aku ingin merawatnya. Tapi ini semua juga tergantung kepada keputusanmu Yuri, aku tidak akan memaksamu jika kamu keberatan." Kata Paman Sam panjang lebar menjelaskan kepada Bibi Yuri saat itu.

"kenapa kamu menangis Yuri? Apa aku menyakitimu? Aku tidak akan memaksamu, aku akan menghormati segala keputusanmu" kata Paman Sam yang terkejut melihat Bibi Yuri tiba-tiba menangis.

"Tidak, Sayang. Aku hanya terharu, kamu baik sekali suamiku. Aku senang sekali. Mari kita rawat bersama anak itu sampai dia dewasa" kata Bibi Yuri yang membuat Paman Sam ikut menangis.

Setelah percakapan malam itu, Paman Sam dan Bibi Yuri mendatangi rumah kelurga yang sedang merawatku. Dan membicarakan bahwa Paman dan Bibi ingin mengangkat aku menjadi anak mereka. Awalnya keluarga yang merawatku menentang paman dan bibi, karena paman dan bibi adalah kerabat jauh yang mereka pun tidak begitu mengenal paman dan bibi. Namun akhirnya paman dan bibi berhasil memenangkan kepercayaan keluarga itu dan bisa membawa ku pergi dari rumah keluarga itu.

" Rumah ku ada di pinggiran kota, mungkin akan sulit bagimu untuk tinggal disana. Tapi aku jamin rumahku sangat nyaman dan asri sekali, jadi kamu sudah pasti akan betah tinggal disana" kata Paman Sam dengan suara serak khas bapak-bapak dan lembut.

"Iya Hana, bibi harap kamu bisa betah dan nyaman tinggal dirumah kecil kami" kata Bibi Yri menyambung perkataan Paman.

"Terimakasih banyak Paman dan Bibi, Hana pasti akan betah tinggal di rumah Paman dan Bibi" ucapku membalas perkataan paman dan bibi yang disertai air mata. Paman dan Bibi memelukku, dan mereka pun menenangkanku yang sedang menangis.

Setelah sampai dirumah mereka, paman dan bibi pun menunjukkan runangan yang nantinya akan menjadi kamarku.

" Hana ini kamarmu, maaf ya kalo kecil. Paman juga sudah menyiapkan meja yang nantinya akan menjadi tempat belajarmu." Jelas paman sambil menunjuk letak barang-barang yang ada disana.

" Terimakasih banyak, paman, bibi." Kataku dengan gembira dan air mata yang kembali terjatuh.

Hari-hari pun berlalu dengan menyenangkan ketika aku tinggal dengan paman dan bibi, aku pindah kesekolah baru yang cukup dekat dengan rumah paman dan bibi. Awalnya aku takut, aku takut akan di rundung lagi seperti dulu. Disini aku menjadi anak pindahan satu-satunya yang berasal dari ibu kota.

"Nama saya Matsumae Hana, Mohon kerjasamanyaa." Ucapku memperkenalkan diri didepan kelas dihari pertama aku sekolah.

"Hana kamu duduk di samping Michi ya" kata wali kelas baru ku.

"Baik bu" jawabku menurut.

"Hana duduk disini" kata Michi teman yang akan duduk disebelahku. Michi tersenyum kepadaku dengan sangat lebar, aku pun ikut tersenyum melihatnya.

Sejak itu aku dan Michi menjadi sahabat, Michi tidak keberatan dengan aku yang tidak punya orang tua. Michi yang ceria membuatku berubah yang tadinya pendiam dan pemalu, menjadi lebih ceria.

Aku yang awalnya ragu terhadap takdir Tuhan, apa aku akan tetap menderita atau bahagia?. Perlahan menjadi yakin, bahwa semua kesulitan yang terjadi pasti akhirnya akan menjadi bahagia.

Ayah ibu terimakasih sudah membuat ku ada di dunia ini, mulai sekarang aku akan menjadi perempuan yang berbangga diri namu tetap rendah hati. Aku akan berubah menjadi lebih baik lagi, dan selalu yakin bahwa setelah hujan badai pasti ada pelangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun