Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri dasar untuk diakui dan diterima dalam masyarakat. Pengakuan ini bisa datang dari keluarga, teman dekat, tetangga, kenalan  dan masyarakat luas. Terdapat beberapa motivasi orang ingin diakui keberadaannya seperti kesehatan mental, pembentukan identitas, rasa aman hingga memperkuat hubungan sosial. Jika kita lihat lagi kebelakang, orang-orang dulu mencari pengakuan atau panjat sosial dengan bertemu langsung dan membangun networking yang mengutamakan nilai persaudaraan alias tulus. Yang kita bahas adalah zaman sekarang yang sudah marak dengan teknologi dan memanfaatkan platform media sosial hanya untuk sekedar popularitas dengan menerapkan gaya hidup hedonisme yang secara simbolik dapat meningkatkan status sosial. Sangat disayangkan,Indonesia menjadi salah satu negara yang menggunakan gadget terlama di dunia yaitu sampai 6,05 jam perhari.
Apa itu "Social Climber"?
"Social Climber" adalah istilah merujuk pada seseorang yang sedang berusaha meningkatkan status sosialnya dengan bergaul atau berteman dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi. Seseorang yang berusaha panjat sosial ini biasanya hanya untuk  memuaskan kepentingan pribadi yaitu mencitrakan diri sebagai bagian dari kelas sosial atas. Fenomena seperti ini banyak kita jumpai atau bahkan kamu juga termasuk ?
Yuk, kenali karakter orang "Social Climber"
-Selektif memilih teman( melihat status sosial)
-Mengunggah foto, konten yang terlihat glamor
-Kurang percaya diri(peduli terhadap penampilan)
-Senang memanfaatkan teman
-Kurang empati
-Mau menang sendiri
Dampak dari "Social Climber"
Etsss, panjat sosial ternyata tidak hanya memberikan dampak negatif tetapi juga ada dampak baiknya yaitu memanfaatkan peluang jaringan yang ada untuk berwirausaha, dan bisa mengupgrade diri dengan pengalaman dan pengetahuan yang didaptkan dari teman yang statusnya sudah tinggi. Akan tetapi, panjat sosial zaman sekarang kebanyakan memberi dampak yang buruk seperti: insecure, kehilangan kepercayaan, bersaing yang tidak sehat, depresi dan kecemasan.
Untuk mengatasi masalah ini yang harus dilakukan adalahÂ
1. Kurangi bermain gadget
  Dampak gadget bagi orang bijak adalah keberuntungan, dan bagi orang malas adalah produk yang gagal.Â
2. Empati
3. Sibuk mengembangkan diri
4. Membangun mindset yang baik
5. Memanfaatkan platform media sosial untuk soft skill
Hiduplah menurut porsimu masing-masing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H