Mohon tunggu...
Oktaviana Lubis
Oktaviana Lubis Mohon Tunggu... -

Pengamat Politik Sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2014: Ketika Pemilih Disergap Rasa Ngeri

24 Juni 2014   03:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:25 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres 2014 ini setidaknya masih menghadirkan satu fenomena positif bagi demokrasi: tumbuhnya partisipasi publik. Ini terutama sekali terlihat pada kubu Jokowi-JK.

Pemilih tergerak jadi relawan dengan kesadaran sendiri, termasuk memberi kontribusi dengan caranya masing-masing. Melalui karya, melalui aktivitas dan juga menyawer dana.

Pemilih yang berhimpun dalam berbagai komunitas relawan ini mengembangkan pesan-pesan dan aktivitas secara mandiri. Satu-dua memang ada yang off-side karena begitu menggebu-gebunya. Meski subtansinya benar, tetapi tak tepat dari sisi situasi persaingan yang terjadi saat ini.

Tapi, itu tak menghalangi ribuan pesan dan aktivitas lain terus bermunculan. Jokowi-JK sepertinya bisa menerima situasi ini sebagai sebuah keniscayaan kampanye yang mengandalkan partisipasi pemilih.

Dibajak

Dalam batas tertentu, pemilih dan relawan telah melakukan ‘pembajakan’ brand Jokowi-JK. Pembajakan dilakukan dalam artian positif dan dilakukan dengan cara-cara kreatif.

‘Pembajakan’ di sini digunakan dalam pengertian yang lebih longgar. Bagi relawan, kompetisi dengan Prabowo-Hatta bukan sekadar untuk memenangkan Jokowi-JK. Tapi juga dan terutama untuk menangkan ide-ide dan harapan mereka sendiri.

Dalam hal ini, Prabowo-Hatta dilihat sebagai sebuah ‘ancaman’ terhadap kebebasan. Kengerian terhadap melorotnya kesejahteran masyarakat. Keengganan untuk kembali hidup dalam ‘kejayaan masa lalu’ yang menjadi obsesi Prabowo.

Pesan-pesan kampanye Prabowo-Hatta yang kental aura Orba-nya dan kerap saling berbenturan meningkatkan rasa ngeri yang kian kuat dari waktu ke waktu. Dan, ini justru jadi penyemangat dan mampu menyingkirkan berbagai keberatan mereka terhadap Jokowi, Kalla ataupun elit-elit yang mendukung keduanya.

Pada titik ini, pilpres 2014 bukan lagi sekadar soal Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta. Tetapi juga sudah bergeser menjadi publik vs Prabowo-Hatta. Publik bermakna jamak. Di sini terangkum berbagai kelompok, komunitas pun individu yang beragam latar belakang dan kepentingan. Mereka tersatukan pada kekhawatiran yang sama: Prabowo-Hatta.

Merepresentasikan Harapan

Tapi, relawan Jokowi-JK juga bukan sekadar terpacu karena adanya ancaman ‘kengerian’. Mereka terutama jug terdorong untuk membuka lembaran baru dalam perpolitikan Indonesia. Jokowi-JK menghadirkan sisi kegembiraan dalam berpolitik.

Sosok Jokowi dengan segala kekurangannya jadi tumpuan. Jokowi mewakili terbukanya panggung panggung politik paling utama bagi mereka yang bukan dari kalangan ‘ningrat’ secara ekonomi, politik ataupun budaya. Jokowi mewakili hadirnya narasi-narasi praktis. Jokowi mewakili keadaban yang kini terkoyak impunitas dan ketidakpedulian para elit. Jokowi mewakili harapan dan pandangan tentang masa depan Indonesia.

Jangan salah. Relawan tidak terlalu berharap Jokowi-JK akan jadi superman yang mengerjakan dan menyelesaikan semua masalah bangsa.
Mereka berada di sisi Jokowi-JK karena pasangan ini diyakini tak bakal cawe-cawe dan merecoki kehidupan masyarakat dengan aturan-aturan yang membelenggu, tak masuk akal dan hanya mewakili spirit satu kaum saja.

Mereka berada di sisi Jokowi-JK karena pasangan ini bisa diandalkan untuk menghadirkan negara negara pada porsi yang seharusnya: menjaga rasa aman, memastikan jadi penyangga masyarakat yang terpinggirkan dan bekerja untuk kesejahteraan dan kemashalatan masyarakat.

Jokowi-JK bukanlah orang yang mendaku dirinya hebat pun turunan ningrat. Tidak mempersonifikasi diri dengan orang hebat. Mereka tampil jadi diri sendiri. Tampil sebagai bagian dari rakyat.

Dan, itu sudah lebih dari cukup. Salam dua jari !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun