Mohon tunggu...
Oktavia
Oktavia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Oktavia Ardita Rizki Amalia

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Terakhir

29 September 2021   19:00 Diperbarui: 23 Februari 2022   12:48 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebenarnya ada satu lagi teman sekelasku yang ingin ikut pergi bersama juga cuma entah kenapa pada saat aku sudah di stasiun dan sedang menunggu temanku yang lain tiba-tiba dia mengabariku bahwa dia tidak jadi pergi bersama dengan kami.

Hari itu adalah hari yang indah buatku karena itu pertama kalinya aku keluar rumah dengan teman sekolah dan dalam waktu yang terbilang lama. Pada kelas 10 lalu sebenarnya kami berempat sudah merencanakan ingin pergi ke Museum Pancasila Sakti atau sering disebut Lubang Buaya. Namun sampai sekarang rencana itu belum terealisasikan alias hanya sebuah wacana saja. 

Cukup aneh memang disaat banyak anak muda seperti kami lebih memilih untuk pergi jalan-jalan ke mall atau cafe, kami lebih memilih untuk berpergian ke museum, perpustakaan dan semacamnya. Alasan kami tidak pergi ke mall selalu sama, kami bingung apa yang akan kami lakukan kalau pergi ke mall dan pasti capek. 

Walau pergi ke tempat tempat museum juga bisa bikin capek tapi kami senang dapat suasana yang berbeda, bisa menambah wawasan ketika pulang nanti, dan biasanya pergi ke tempat-tempat museum itu tidak terlalu menguras dompet. Sangat cocok untuk kami berempat yang sangat perhitungan dalam hal keuangan.

Dari setelah perjalanan kami ke Kota Tua itu kami mulai semakin dekat sampai kami membuat grup chat yang awalnya hanya sebagai tempat untuk saling tukar foto-foto selama disana, namun berlanjut hingga saat ini. "Anak Terakhir" itulah nama yang diberi untuk grup chat kami. 

Grup yang berisikan empat anak muda yang memiliki keluh kesah yang sama sebagai anak terakhir di keluarga. Tidak jarang kami juga sering curhat satu sama lain entah itu tentang tugas sekolah, saling memberi rekomendasi film atau drama-drama yang seru, terkadang kalau kami sedang dalam keadaan serius bisa saja kami membahas apa yang sedang terjadi di Indonesia, dan tentu saja tidak lupa kami juga sering bergosip (ini tidak patut dicontoh memang, tapi kami sering melakukannya).

Sekarang kami sudah lulus SMA, dan kami sudah memilih untuk melanjutkan pendidikan dimana. 

Sedih rasanya karena harus berpisah, yang biasanya selalu berempat sekarang jadi pisah-pisah. 

Salah satu dari kami pernah berucap, walau kami berbeda universitas, walau kami berbeda kota kami tetap bisa berkeluh kesah satu sama lain walau mungkin hanya melalui grup chat saja, saling memberi support, saling menguatkan dan tetap akan ada rencana pergi-pergi ketempat yang seru lagi.

Izinkan aku untuk mengucapkan kalimat ini untuk mereka bertiga.

Terima kasih, terima kasih karena kalian mau berteman denganku, maaf kalau selama berteman dengan kalian terkadang ada beberapa kata atau tingkah lakuku yang membuat kalian sakit hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun