Arus K-Wave di Indonesia sepertinya semakin bertambah deras alih-alih menjadi surut setelah bertahun-tahun datang menghantam (khususnya) generasi muda Indonesia.Â
Tahun 2019 ini saja, paling tidak sudah ada lebih dari 20 grup Korea yang tampil dalam berbagai konser, 5 fan meeting solois Korea, dan beberapa iklan berbintang artis korea. Tak hanya ramai saat dikunjungi, berita-berita entertainment korea tampaknya juga banyak diikuti para kpopers.
K-popers tampaknya berbeda dengan fans-fans grup pop dari negara lainnya. Di balik benak seorang K-popers grup idola mereka bukan hanya sekedar sekelompok pemuda-pemudi yang menyajikan penampilan menawan membawakan lagu mereka. Saya sebagai orang yang sudah terjerat dalam dunia perkpopan ingin mencoba membagikan telaah saya.
K-popers memiliki rasa antusias dan sayang yang sangat tinggi pada idolanya, membuatnya rela melakukan banyak hal, seperti merelakan waktu dan kuota untuk streaming MV di Youtube demi meningkatkan popularitas sang artis, banyak-banyak mencari dan membagikan kabar dan prestasi idola mereka, hingga mengumpulkan uang untuk membeli setumpuk album.
Saya dan seluruh rekan penggemar kpop yang saya ketahui selalu menguarkan aura sayang ketika diajak berbicara mengenai idolanya masing-masing.
Rasa sayang yang akhirnya muncul dari pihak penggemar ini tentu saja tidak muncul tiba-tiba.
Artis-artis Korea ini tentu saja akan menarik perhatian pertama-tama dengan performa mereka sebagai artis. Mereka harus terlebih dahulu mampu memberikan lagu-lagu yang enak didengar, MV yang menawan, serta penampilan penuh kharisma. Aspek pertunjukan sangat penting dalam penampilan mereka, alih-alih sekedar bernyanyi di atas panggung.
Hal-hal ini baru dapat mereka berikan setelah perjuangan berlatih puluhan hingga ribuan jam, kisah yang sangat dihargai para penggemar. K-popers umumnya menyadari bahwa kekerenan idola mereka adalah hasil kerja keras dan bukan sekedar talenta pas-pasan.
Budaya idola Korea juga berbeda dengan idola-idola lainnya. Mereka menawarkan pengalaman yang berbeda. Penggemar adalah bagian penting dari kehidupan idola Korea, dan keterlibatan mereka dalam membuat seorang idola terkenal sangat besar. Hal ini membuat idola Korea sangat memperhatikan dan menjangkau penggemarnya.
Berbagai media sosial dari twitter hingga V-Live digunakan untuk berusaha terus berkomunikasi dengan penggemar. Idola juga terus menunjukkan rasa terima kasihnya pada setiap kesempatan sehingga penggemar merasa dilibatkan dalam prestasi apapun yang dimiliki sang idola.
Fan-service yang diberikan idola Korea juga jauh berbeda dengan idola lainnya. Saya menyadari di samping lagu mereka juga menjual 'imajinasi'. 'Imajinasi' bahwa kami, penggemar, benar-benar menjadi teman, rekan, terkadang 'pacar' dan bukan sekedar penggemar tanpa nama yang tidak mereka sadari keberadaannya.
Imajinasi ini membawa kami sangat terlibat secara emosional terhadap apapun yang terjadi pada artis-artis kami. 'Imajinasi' ini bukan sepenuhnya sekedar imajinasi karena para idola toh memang berterima kasih dan menyayangi penggemar meski secara komunal, bukan personal.
'Imajinasi' ini tidak serta merta menjadi penggemar kpop fanatik atau berubah menjadi sasaeng fans. Seringkali imajinasi ini sekedar menjadi 'tempat nyaman' bagi penggemar, bahwa ada orang yang peduli, ada orang yang menyadari keberadaan kami, ada orang yang berjuang bersama-sama kami, dan akhirnya ada orang yang mengharapkan kebahagiaan kami.
Senyum-senyum yang otomatis mengembang melihat konten yang disajikan oleh para idola, menjadi alasan yang cukup untuk menjadikan mereka 'tempat beristirahat sejenak' dari tekanan kehidupan.
Kumpulan kebahagiaan sederhana yang kami dapatkan dari para idola kami yang akhirnya mendorong kami mengupayakan kebahagiaan mereka juga. Memberikan vote pada berbagai ajang hingga hadiah-hadiah dan perayaan ulang tahun besar-besaran, penggemar umumnya hanya menginginkan idolanya bahagia. Apapun bentuk bahagia yang dapat kami berikan sebagai penggemar.
Bukannya penggemar kpop kehilangan akalnya, namun dalam benak kami, idola kami tidak pernah menjadi sekedar penampil.
Dalam benak K-popers seperti kami, idola kami adalah panutan, orang-orang yang bekerja keras menggapai mimpinya. Idola kami juga 'teman' sekaligus 'tempat beristirahat' kami dalam menjalani kehidupan dunia. Rasa dan pemikiran ini jauh lebih kompleks dari sekedar mengagumi "oppa-oppa ganteng joged-joged".
Oktober 2019,
Oktavia AC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H