Konsep Dasar Mengenai Hubungan Sebaya
Hakikatnya manusia pada (Darwis et al., 2020) dijelaskan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan bantuan dari orang lain. Interaksi sosial ini dinamakan hubungan individu dengan kelompok. Selain sebagai tempat menimba ilmu, sekolah juga bermanfaat untuk anak belajar berinteraksi dengan teman sebayanya. Semakin anak tumbuh maka minat bermain bersama teman-temannya juga akan meningkat karena anak akan lebih bersemangat ketika bermain apabila bermain bersama teman-temannya.
Salah satu fungsi teman sebaya ini adalah untuk anak belajar mengevaluasi dirinya sendiri apakah ia lebih baik atau lebih buruk dari teman sebayanya (Utami, 2018). Pada usia 2-6 tahun anak akan mulai berososialisasi dengan lingkungannya dan akan membuat anak memiliki banyak teman sebaya maupun diatasnya. Membina hubungan yang baik dengan teman sebaya sangat penting untuk mengembangkan norma pada anak usia dini. Hubungan sebaya yang buruk akan mempengaruhi pergaulannya ketika remaja.
Peran teman sebaya bagi anak-anak yaitu untuk wadah saling bertukar pikiran, memilih suatu pendapat, mengembangkan keterampilan dna minat, dan saling meminta pendapat. Apabila suatu kelompok atau hubungan sebaya selalu bersama dan saling berbagi cerita, maka bisa dipastikan mereka akan sefrekuensi dan apabila berbicara/curhat akan nyambung satu sama lain. Ini dikarenakan suatu kedekatan menimbulkan sering terjadinya kontak langsung, saling membutuhkan dan saling percaya satu sama lain (Fitriani & Masing, 2022).
Bermain dan Permainan Menurut Teori Piaget
Bermain merupakan hal yang dilakukan sukarela dan spontan oleh manusia terutama pada anak usia dini. Melalui bermain anak akan belajar banyak hal seperti perkembangan kognitif, perkembangan sosial, perkembangan motorik dan perkembangan lainnya yang dibutuhkan oleh anak. Selain itu melalui bermain anak akan belajarbersosialisasi dengan orang lain dan menghargai pendapat orang lain. Anak akan belajar banyak hal melalui bermain bersama teman sebaya. Maka orang tua tidak perlu khawatir jika anaknya sedang bermain.
Berikut yang akan saya bahas menurut jurnal dari (Wasak, 2019) mengenai teori dari seorang ilmuwan, psikolog, dan juga seorang filsuf yang lahir pada 9 Agustus 1896 di Swiss dan menutup usianya pada 16 September 1980 di Jenewa, Swiss. Piaget merupakan ilmuwan penting dalam psikologi perkembangan.
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak itu berkembang secara teratur dan sistematis. Bermain berasal dari kegiatan anak yang memiliki 3 karakteristik mendasar dari modus pengalaman dan perkembangannya, yaitu:
- asimilasi adalah proses perkembangan kognitif dimana anak mulai membentuk konsep, persepsi, dan pengalaman baru secara fisik.
- akomodasi adalah pembentukan skema baru dna mengganti skema lama sehingga sesuai dengan rangsangan baru yang diterima anak dalam kegiatan bermain.
- ekuilibrasi adalah keseimbangan dari asimilasi dan akomodasi yang dimana anak dapat mengintegrasikan rangsangan baru dengan skema kognitif yang ada dalam pikirannya untuk mendapatkan keseimbangan dalam bermain.
Adapun implikasi teori perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
- bahasa dan cara berbicara anak berbeda dengan orang dewasa sehingga guru maupun fasilitator harus berbicara sesuai karakteristik anak.
- anak akan bermain dengan baik apabila lingkungannya juga mendukung untuk anak bersosialisasi dengan baik.
- media yang disampaikan kepada anak hendaknya mudah dipahami.
- anak diberi kebebasan bermain sesuai tahapan perkembangannya.
- ketika anak bermain hendaknya diberi kesempatan untuk berpendapat dan berbicara dengan temannya untuk mengafirmasi keterampilan berfikirnya.
Dalam jurnal (Christianti, 2007) mengatakan bahwa Piaget menjelaskan bermain dapat mengaktifkan otak anak karena dengan bermain otak anak mengintegrasi fungsi belahan otak kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk struktur saraf, dan mengembangkan pilar-pilar saraf pemahaman yang berguna untuk masa mendatang.
Bermain dan Permainan Menurut Teori Vygotsky
      Lev Semyonovich Vygotsky seorang psikolog yang lahir pada 17 November 1896 di Orsha, Belarus. Meskipun beliau tidak memiliki pelatihan formal di bidang psikologi namun minatnya besar di bidang psikologi dan sudah menghasilkan beberapa karya ilmiah. Vygotsky terkenal karena menjadi seorang psikolog pendidikan dengan teori sosiokulturalnya. Teori dari Vygotsky tersebut menjelaskan bahwa interaksi sosial dapat menyebabkan perubahan dalam pola pikir dan perilaku dari setiap kebudayaan (Wasak, 2019). Â
      (Wiwik Pratiwi, 2017) menjelaskan bahwa bermain sangat diminati oleh anak usia dini karena sebagian besar waktu anak dimanfaatkan untuk bermain. Dengan bermain maka dapat memberikan perubahan secara signifikan bagi perkembangan anak. Bermain merupakan sarana agar anak dapat mengenal lingkungan dan kebutuhan mendasar bagi anak. Bermain memiliki nilai penting bagi perkembangan kognitif, fisik, bahasa, dan sosial anak.
Vygotsky menjelaskan dalam jurnal (Dr.Musfiroh Tadkiroatun, 2018) bahwa bermain merupakan sumber perkembangan bagi anak. Vygotsky mengatakan juga perkembangan anak tidak serta merta tumbuh berkembang melalui materi melainkan dari interaksi dengan orang sekitar. Dalam bemain anak juga membangun konsep-konsep abstrak seperti aturan-aturan, nilai tertentu, dan kultur.
Daftar Pustaka
Christianti, O. M. (2007). Anak dan Bermain.
Darwis, A., Malik, A. R., Burhan, B., & Marto, H. (2020). Studi Kasus Teman Sebaya Dalam Pembentukan Gaya Hidup Siswa. Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Riset Sosial Humaniora, 3(2), 150--160. https://doi.org/10.31539/kaganga.v3i2.1670
Dr.Musfiroh Tadkiroatun, M. H. (2018). Teori dan Konsep Bermain. Modul PAUD: Bermain Dan Permainan Anak UT, 1--44. http://repository.ut.ac.id/4699/1/PAUD4201-M1.pdf
Fitriani, D., & Masing, M. (2022). Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Orientasi Masa Depan Siswa. Satya Widya, 38(1), 25--37. https://doi.org/10.24246/j.sw.2022.v38.i1.p25-37
Utami, D. T. (2018). Pengaruh Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Sosial Anak Usia 5-6 Tahun. Generasi Emas, 1(1), 39. https://doi.org/10.25299/ge.2018.vol1(1).2258
Wasak, J. B. & M. R. P. (2019). Permainan Kecil: Teori Dan Aplikasi.
Wiwik Pratiwi. (2017). Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini. Manajemen Pendidikan Islam , 5, 106--117.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H