Perkembangan emosi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
- Expressing Emotions yaitu pada tahap ini kesadaran diri perlu dikembangkan terlebih dahulu agar anak dapat mengalami emosi sadar diri dan mampu mengenali dirinya dan sadar bahwa dirinya berbeda dengan orang lain.
- Understanding Emotions yaitu dimana anak sudah mulai memposisikan emosinya dan ekspresi wajah yang harus ia keluarkan.
- Regulating Emotions yaitu dimana pada tahap ini anak memegang peranan dimana anak harus mengatur konflik dan tuntutan yang mereka hadapi ketika sedang berinteraksi dengan orang lain.
(Amira & Mastuti, 2021) mengatakan bahwa ketika remaja akan rentan mengalami depressi dan stress. Karena pada masa remaja akan mengalami perubahan suasan hati dan konflik batin. Pikiran pada saat remaja akan dibuat bimbang antar sombong atau rendah hati, berbuat baik atau berbuat buruk dan kebahagiaan atau kesedihan. Seseorang pada masa ini akan menghadapi hidup yang sebenarnya dan tantangan bagaimana kehidupannya kelak, kemana arah yang akan ditempuh, dan tantangan menemukan jati dirinya. Â
Banyak remaja yang tidak bisa mengelola emosinya dengan efektif sehingga remaja rentan mengalami depresi, marah, dan regulasi emosi yang buruk serta dapat mengalami penurunan prestasi akademik, penyalahgunaan narkoba, kenakalan remaja, dan gangguan pada pola makan. Kebiasaan para remaja yaitu mampu mengontrol berbagai emosi dalam berbagai situasi.
Pengasuhan, Sosialisasi, dan Regulasi Emosi
Orang tua berperan penting pada pendidikan seorang anak karena hanya orang tua yang mengerti sifat-sifat anaknya. Orang tua paham akan tumbuh kembang anak karena orang tua merupakan tempat sosialisasi pertama anak (Mubarok, 2018). Maka orang tua perlu memberikan pengarahan dan cara mengatasi sebuah emosi agar anak tersebut tidak melukai orang lain disekitarnya. Orang tua bisa dikatakan memiliki hubungan yang baik dengan anak apabila orang tua mampu memberikan ruang kepada anak untuk mengembangkan sosial nya, mampu berkomunikasi dua arah, dan orang tua bisa mengontrol aktivitas anak (Amira & Mastuti, 2021).
Sosialisasi emosi yang diadakan pihak-pihak terkait bertujuan untuk mengembangkan kompetensi emosi yang harus dimiliki oleh anak secara bertahap, yaitu emotional expressiveness, emotional knowledge dan emotional regulation . Perlunya sosialisasi atau pelatihan ini berguna untuk agar anak-anak peka terhadap emosi teman sebayanya dan mengerti apa yang sedang dirasakan teman sebayanya lewat sebuah ekspresi wajah. Perlunya pengetahuan tentang regulasi inilah yang akan membuat anak dipahami oleh masyarakat sekita apakah ia sedang sedih, marah atau gelisah.
Daftar Pustaka
Amira, F. S., & Mastuti, E. (2021). Hubungan antara Parent Attachment dengan Regulasi Emosi pada Remaja. Buletin Riset Psikologi Dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(1), 837--843. https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i1.27037
Annie Aprisandityas, & Diana Elfida. (2012). Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecemasan Pada Ibu Hamil. Jurnal Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 8(Desember), 80--89.
Mubarok, A. A. S. A. Al. (2018). Parenting dan Pelibatan Orang Tua pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Al-Hikmah: Indonesian Journal of Early Childhood Islamic Education, 2(1), 29--42. http://journal.iaialhikmahtuban.ac.id/index.php/ijecie/article/view/21
Saepudin, M. (2019). Pengaruh empati, regulasi emosi dan anonimitas terhadap civility di media sosial. 1--101.