Mohon tunggu...
Oktavia Varadina
Oktavia Varadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cerita ku

ASSALAMUALAIKUM

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perlunya Pengenalan Gender dan Seksualitas pada Anak Usia Dini

31 Oktober 2022   16:32 Diperbarui: 31 Oktober 2022   16:45 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MARI KITA AJARKAN TENTANG SEKSUALITAS DAN IDENTITAS GENDER PADA ANAK USIA DINI

Nama : Oktavia Varadina

NIM : 210105110068

Kelas : PIAUD B

Perkembangan Gender

Gender merupakan keadaan sosial dimana manusia dilihat tampak mata bahwa ia laki-laki atau perempuan. Peran dari suatu gender yaitu menetapkan bagaimana laki-laki dan perempuan ketika bertindak, berfikir, dan berparas. Gender dapat juga diartikan sebagai peran agar dapat membedakan mana gender laki-laki dan gender perempuan.

Perkembangan gender pada anak dapat diterapkan oleh orang tua sejak anak tersebut lahir dan di usia golden age nya. Misal ketika anak bermain kita perlu sedikit memberi arahan bahwa laki-laki bermain mobil-mobilan dan sejenisnya, sedangkan perempuan bermain boneka dan sejenisnya. Meskipun alat permainan tidak terlalu penting untuk dibeda-beda kan tetapi perlu juga sedikit pembatasan agar anak mengetahui gender nya.

Laki-laki dan maskulin merupakan dua hal yang sama tetapi memiliki arti yang berbeda. Laki-laki sebutan untuk jenis kelamin sedangkan maskulin yaitu karakteristik gender yang dimiliki sebagian besar anak laki-laki. Jenis kelamin merujuk pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, sedangkan gender menurut (Kodariyati & Astuti, 2018) yaitu aspek psikososial antara laki-laki dan perempuan atau yang biasa disebut gender identity. 

Cara untuk mengetahui perkembangan gender pada anak bisa dilihat berdasarkan teori skema gender yang berarti sebuah pengolahan informasi yang menjelaskan bagaimana tekanan lingkungan dan kerja kognisi anak untuk bisa membentuk gender typing. Manfaat kita sebagai orang tua memahami teori skema gender ini adalah agar kita bisa mengetahui anak tersebut cenderung maskulin atau feminim. Dari sinilah persepsi dan ekspetasi anak tentang karakteristik gender nya terbentuk. Menurut (Pujiastuti, 2014) gender sangat berbeda dengan jenis kelamin. Gender berarti perbedaan fungsi dan peran sosial antara laki-laki dan perempuan.

Identitas Gender, Orientasi Seksual, dan Kepribadian

Identitas Gender

Di dunia ini gender hanya ada dua, yaitu laki-laki dan perempuan tetapi ada di beberapa negara yang memiliki gender lebih dari satu karena operasi. Gender membedakan antara sifat dan fisik laki-laki maupun sifat dan fisik perempuan. Di kebudayaan kita rata-rata membedakan jenis kelamin mulai dari anak masih baru lahir dan memperumpamakan "merah muda dan biru". Merah muda untuk anak perempuan dan biru untuk anak laki-laki (Harahap, 2019). Setelah itu perbedaan gaya potongan rambut, pakaian, dan mainan menjadi ciri khas yang sangat nampak pada setiap gender yang berbeda. Jadi dapat diartikan identitas gender yaitu proses seseorang untuk melakukan klasifikasi terhadap dirinya sendiri apakah ia laki-laki atau perempuan.

Orientasi Seksual

Dari anak baru lahir pastinya para orang tua menyesuaikan kehidupan anak tersebut tergantung jenis kelaminnya. Dan apabila anak mulai beranjak dewasa dan mengenal teman laki-laki dan perempuan maka orang tua harus mengarahkan anak apabila ia laki-laki maka teman mainnya yaitu sesama laki-laki dan anak perempuan teman mainnya sesama perempuan. Tetapi orang tua harus sedikit demi sedikit memperkenalkan kepada anak bahwa ia seorang laki-laki harus berpasangan dengan perempuan dan juga sebaliknya. Upaya tersbeut dilakukan agar anak tidak salah jalur ketika ia sudah dewasa nantinya.

 Kepribadian

Kepribadian menyangkut bagaimana jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tersebut berperan. Pribadi laki-laki cenderung bersikap cuek ketika tertimpa masalah dan cenderung tenang-tenang saja meskipun masalahnya sudah memuncak. Sedangkan pribadi perempuan cenderung meangis ketika sedang ada masalah dan tidak bisa berfikir jernih atau tidak bisa menemukan jalan keluar.

Seksualitas Pada Anak Usia Dini

Pengetahuan tentang seks pada anak usia dini bertujuan untuk mengedukasi mereka dalam memahami tubuhnya (Aisyah & Isabella Hasiana, 2021). Bagian tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh orang lain dan bagaimana bersikap kepada lawan jenis misalnya tidak boleh berciuman, tidak boleh berpelukan sembarangan, dan tidak boleh memegang anggota tubuh yang dilarang. Seksualitas bukan berarti kita berbicara tentang bagaimana melakukan hubungan seksual tetapi pengertian seksualias itu sendiri yaitu peran kita sebagai laki-laki seharusnya tertarik dengan perempuan dan sebaliknya.

Menurut (Bella & Farida, 2017) sebaiknya anak-anak sedini mungkin harus mendapat pendidikan seksualitas dengan mencakup 3 komponen yaitu pembelajaran holistik yaitu pendidikan seksual yang harus menyentuh ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Gender Anak

Seksualitas yang dimaksudkan disini bukan berarti kegiatan seksual seperti bersenggama, melainkan tentang pengenalan bagaimana seorang individu itu tertarik kepada lawan jenis. Secara singkat pengertian seksualitas yaitu ketertarikan kepada lawan jenis. Dan ini perlu diajarkan semasa anak masih kecil untuk mencegah seksualitas yang melenceng kedepannya (Mardhiyyah, 2013).

Orang tua sebagai contoh pertama bagi anak dalam memberikan pendidikan seks maupun pendidikan gender. Orang tua bisa dengan cara memberikan contoh berpakaian. Misal menurut (Indah, 2020) ayah sebagai laki-laki maka ia harus berpakaian layaknya seorang laki-laki. Sedangkan ibu sebagai seorang perempuan berpakaian layaknya seorang perempuan. Maka anak-anak akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Dan contoh lagi ketika ke kamar mandi diluar rumah, baik di mall, sekolah, maupun tempat umum lainnya, sebaiknya anak diberikan contoh apabila ada gambar seseorang memakai rok berarti kamar mandi tersebut untuk perempuan dan apabila seseorang digambar memakai celana, maka kamar mandi tersebut untuk laki-laki.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, A., & Isabella Hasiana. (2021). Optimalisasi Peran Orang Tua Terhadap Pedidikan Seksual Anak Usia Dini. Jurnal Penamas Adi Buana, 4(2), 65--70. https://doi.org/10.36456/penamas.vol4.no2.a2695

Bella, S. M., & Farida, I. (2017). Pendidikan Seksualitas Sejak Dini Sebagai Upaya Menghindarkan Anak-Anak Usia Sekolah Dasar Dari Penyimpangan Seksualitas. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(3), 254539.

Harahap, A. (2019). ( PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR ). 1, 1--13.

Indah, A. S. (2020). Peran Orangtua Dalam Pendidikan Seks Sejak Dini Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk ABA Piyungan. Wahana, 72(2), 118--125.

Kodariyati, L., & Astuti, B. (2018). Pengaruh Karakteristik Gender dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SD. Jurnal Prima Edukasia, 6(2), 166--176. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/view/14288/pdf

Mardhiyyah, A. (2013). Konstruksi Seksualitas Perempuan dalam Literatur Pesantren Klasik: Palastren, Volume 6(No.1), 77--86.

Pujiastuti, T. (2014). Peran Orang Tua dalam Pembentukan Identitas Gender Anak. Jurnal Ilmiah Syi'ar, 14(1), 53--62.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun