"Assalamu'alaikum Wr. Wb
Selamat pagi bapak ibu guru yang luar biasa.
Saya peserta CGP Angkatan 8, Â saya ingin berbagi pengalaman hasil refleksi saya terkait modul 3.2 yang berjudul "Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya". Saya menggunakan pendekatan refleksi 4F/4P dalam mengevaluasi pemahaman dan penerapan konsep dari modul ini. Berikut adalah gambaran hasil refleksi saya berdasarkan model 4F/4P."
1. Facts/Peristiwa
Modul 3.2 menghadirkan pengetahuan berharga mengenai pengelolaan sumber daya dengan pendekatan ABT (Aset Based Thinking). Saya menyambut materi ini dengan antusiasme tinggi, karena menyadari betapa pentingnya kemampuan pengelolaan sumber daya dalam konteks kepemimpinan pendidikan.
Proses pembelajaran ini mengikuti Alur Merdeka, yang merupakan pendekatan yang memberikan kebebasan bagi peserta untuk mengeksplorasi dan merefleksikan konsep-konsep yang diajarkan. Dimulai dengan tahap "Mulai dari Diri", saya dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan mendalam yang mengajak saya untuk merenungkan tentang ekosistem sekolah tempat saya berkecimpung. Bagian menarik dari refleksi ini adalah menilai peran pemimpin dan cara efektif dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kemajuan sekolah.
Setelah melewati tahap "Mulai dari Diri", kami beralih ke "Eksplorasi Konsep". Di sini, saya diberi kesempatan untuk memahami lebih dalam tentang filsafat pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Ki Hajar Dewantara, terutama terkait pembelajaran holistik. Pemahaman mendalam tentang filosofi ini menjadi kunci dalam memimpin pengelolaan sumber daya secara efektif.
Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, peran seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya tidak dapat dianggap remeh. Dengan diterapkannya program kurikulum merdeka, terbuka kesempatan bagi murid untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Saya yakin bahwa konsep "Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya" akan membantu guru untuk membimbing murid menuju kemerdekaan dalam belajar.
Selanjutnya, di alur ruang kolaborasi pertama, saya memperoleh pemahaman dan pengetahuan lebih lanjut tentang bagaimana cara mengelola sumberdaya. Fasilitator juga memandu saya dan rekan CGP lainnya dalam menganalisis. Kami bersama-sama menyusun hasil analisis ini untuk dipresentasikan di pertemuan berikutnya. Pada ruang kolaborasi kedua, kami bersama-sama mempresentasikan hasil diskusi. Tugas saya dalam kegiatan ini adalah menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain.
Langkah berikutnya adalah demonstrasi kontekstual, di mana saya menganalisis sebuah tayangan video yang disediakan di LMS. Hasil  ini saya analisis dan buat laporan.
Langkah terakhir adalah tahap Elaborasi Pemahaman dari narasumber instruktur Henri Rianto. Di tahap ini, saya mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam lagi. Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan antar materi. Saya membuat koneksi antar materi yang telah dipelajari mulai dari modul 1 hingga modul 3.2. Kegiatan terakhir adalah aksi nyata, di mana saya merancang sebuah tindakan menggali asset disekolah saya, melakukan desiminasi dan membantu dalam memecahkan masalah dengan membuat keputusan berdasarkan konsep tersebut.
Dengan demikian, modul ini tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga membuka potensi besar dalam memimpin pengelolaan sumber daya di lingkungan pendidikan. Saya berharap dapat mengaplikasikan pengetahuan ini dengan bijak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah saya.
2. Perasaan (Feelings)
Awalnya, saya merasa bingung tentang praktik pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sebelum mempelajari modul ini. Namun, setelah mengikuti alur ekplorasi konsep dan ruang kolaborasi, pemahaman saya semakin terang. Saya menyadari bahwa seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya memiliki kemampuan untuk mengenali hal-hal positif dalam kehidupan. Dengan memusatkan perhatian pada kekuatan dan potensi yang positif, kita dapat memperbaiki kualitas pembelajaran dengan mengidentifikasi aset yang dimiliki oleh sekolah.
Ketika mencapai tahap presentasi dalam ruang kolaborasi, pemahaman saya semakin terbuka. Saya menyadari bahwa seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya harus mampu menggali kekuatan dari komunitas dalam ekosistem, termasuk kekuatan dari unsur abiotik dan biotik. Pemimpin pembelajaran yang efektif dalam mengelola sumber daya akan memiliki sikap optimis terhadap setiap situasi. Mereka melihat setiap elemen sebagai aset yang berharga untuk dikembangkan. Tujuh aset utama termasuk manusia, sosial, fisik, lingkungan, finansial, politik, agama, dan budaya menjadi modal penting dalam proses pengembangan.
3. Pembelajaran (Findings)
Dalam Modul 3.2 mengenai Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya memperoleh wawasan berharga berikut:
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya memiliki kemampuan untuk menggali kekuatan komunitas dalam suatu ekosistem, baik dari unsur abiotik maupun biotik. Mereka memiliki sikap optimis terhadap berbagai situasi dan melihat setiap hal sebagai aset untuk dikembangkan.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pentingnya nilai, prinsip, dan pola pikir mengenai dunia. PKBA memberikan nilai tambah pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi komunitas. Hal ini memandang komunitas sebagai penggerak kesehatan dan kesejahteraan, bukan hanya sebagai penerima bantuan.
PKBA mendorong komunitas untuk memanfaatkan aset yang dimilikinya dan membangun keterkaitan antar aset tersebut agar lebih berdaya guna. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya kemandirian komunitas dalam menghadapi tantangan dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi internal.
Ada tujuh modal utama yang menjadi fokus dalam PKBA, yaitu modal manusia, sosial, fisik, lingkungan/alam, finansial, politik, dan agama/budaya. Modal ini mencakup berbagai aspek kehidupan komunitas, mulai dari sumber daya manusia yang berkualitas, norma dan aturan sosial, infrastruktur fisik, potensi lingkungan, dukungan finansial, keterlibatan politik, hingga kepercayaan dan nilai-nilai budaya serta agama.
4. Penerapan
mengenai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, saya akan menerapkan konsep ini dalam berbagai konteks:
Di kelas, sebagai pemimpin pembelajaran, saya akan memaksimalkan sumber daya yang ada di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan dan minat murid.
Di lingkungan sekolah, implementasinya akan melibatkan pengidentifikasian dan pemanfaatan aset serta modal yang tersedia untuk mengembangkan program-program sekolah dan mencapai visi serta misi sekolah, dengan kolaborasi seluruh komponen warga sekolah.
Di masyarakat sekitar, sebagai pemimpin pembelajaran yang efektif dalam pengelolaan sumber daya, saya akan membangun kolaborasi yang positif dengan lingkungan sekitar demi kemajuan sekolah. Misalnya, memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan guru serta orang tua sebagai sumber daya tambahan, baik dalam acara Kelas Inspirasi.
Terimakasih, Salam hormat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H