Dengan demikian, modul ini tidak hanya memberikan wawasan baru, tetapi juga membuka potensi besar dalam memimpin pengelolaan sumber daya di lingkungan pendidikan. Saya berharap dapat mengaplikasikan pengetahuan ini dengan bijak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah saya.
2. Perasaan (Feelings)
Awalnya, saya merasa bingung tentang praktik pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sebelum mempelajari modul ini. Namun, setelah mengikuti alur ekplorasi konsep dan ruang kolaborasi, pemahaman saya semakin terang. Saya menyadari bahwa seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya memiliki kemampuan untuk mengenali hal-hal positif dalam kehidupan. Dengan memusatkan perhatian pada kekuatan dan potensi yang positif, kita dapat memperbaiki kualitas pembelajaran dengan mengidentifikasi aset yang dimiliki oleh sekolah.
Ketika mencapai tahap presentasi dalam ruang kolaborasi, pemahaman saya semakin terbuka. Saya menyadari bahwa seorang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya harus mampu menggali kekuatan dari komunitas dalam ekosistem, termasuk kekuatan dari unsur abiotik dan biotik. Pemimpin pembelajaran yang efektif dalam mengelola sumber daya akan memiliki sikap optimis terhadap setiap situasi. Mereka melihat setiap elemen sebagai aset yang berharga untuk dikembangkan. Tujuh aset utama termasuk manusia, sosial, fisik, lingkungan, finansial, politik, agama, dan budaya menjadi modal penting dalam proses pengembangan.
3. Pembelajaran (Findings)
Dalam Modul 3.2 mengenai Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya memperoleh wawasan berharga berikut:
Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya memiliki kemampuan untuk menggali kekuatan komunitas dalam suatu ekosistem, baik dari unsur abiotik maupun biotik. Mereka memiliki sikap optimis terhadap berbagai situasi dan melihat setiap hal sebagai aset untuk dikembangkan.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pentingnya nilai, prinsip, dan pola pikir mengenai dunia. PKBA memberikan nilai tambah pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi komunitas. Hal ini memandang komunitas sebagai penggerak kesehatan dan kesejahteraan, bukan hanya sebagai penerima bantuan.
PKBA mendorong komunitas untuk memanfaatkan aset yang dimilikinya dan membangun keterkaitan antar aset tersebut agar lebih berdaya guna. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya kemandirian komunitas dalam menghadapi tantangan dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi internal.
Ada tujuh modal utama yang menjadi fokus dalam PKBA, yaitu modal manusia, sosial, fisik, lingkungan/alam, finansial, politik, dan agama/budaya. Modal ini mencakup berbagai aspek kehidupan komunitas, mulai dari sumber daya manusia yang berkualitas, norma dan aturan sosial, infrastruktur fisik, potensi lingkungan, dukungan finansial, keterlibatan politik, hingga kepercayaan dan nilai-nilai budaya serta agama.
4. Penerapan