Mohon tunggu...
Oktavia Wijaya
Oktavia Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Travel Enthusiast🍃 □ 📝 www.aivatko.com □📷www.instagram.com/oktaav

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama FEATURED

Keharmonisan Simbol Agama di Hagia Sophia, Turki

8 Maret 2019   12:11 Diperbarui: 11 Juli 2020   16:03 3220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Pass Istanbul (dokumentasi pribadi)

Ketika beberapa oknum di negeri ini sibuk melakukan pembenaran atas nama agama, menyerang perbedaan, mengutuk kepercayaan lain, semua itu, sejujurnya membuatku malas mendengarnya.

Oknum-oknum tertentu mengeksploitasi simbol agama, mengatasnamakan agama, untuk duniawi. Perlu digaris bawahi, untuk duniawi.

Bukankah dalam menegakan agama yang terpenting bukannya simbol dari agama itu sendiri? Apakah simbol itu lebih penting daripada kesadaran dan perilaku? Simbol memang perlu, tapi bukan untuk dieksploitasi apalagi hanya untuk tujuan duniawi.

Melihat Hagia Sophia seperti meredakan kekalutan dalam pikiranku tentang toleransi beragama secara simbolik.

Siang itu aku bersiap-siap mengunjungi kawasan Sultan Ahmed, Istanbul, di mana beberapa bangunan bersejarah dengan arsitektur yang menawan terdapat di sana. Dari Taksim, aku berjalan menuju Metro Station dan memilih menggunakan Funikuler dari Taksim menuju Kabatas.

Sesampainya di Kabatas, aku masih harus naik Tram untuk sampai di Sultan Ahmed. Perjalanan menggunakan Funikuler kurang dari 10 menit, dan kurang lebih 10 menit untuk perjalanan dari Kabatas menuju Sultan Ahmed dan turun di Sultan Ahmed Blue Mosque.

Berjalan sekitar 5 menit, aku sudah berada di depan sebuah bangunan yang katanya sangat-sangat bersejarah. "Wajib ke Hagia Sophia kalau ke Turki." begitu menurut artikel yang aku baca. 

Aku juga baru tahu kalau Hagia Sophia ternyata salah satu tempat yang ada di film 99 Cahaya di Langit Eropa. Iya, baru tahu kemarin. Hehe.

Aku mengantre untuk membeli tiket. Tiket masuk ke Hagia Sophia adalah 60TL atau setara Rp130.000. Bisa juga memberli Museum Pass seperti aku, harganya 185TL. Bisa untuk masuk ke semua museum di Istanbul selama 5 hari. Cukup mahal jika dibandingkan dengan HTM museum di Indonesia. Tapi, jangan dulu bilang mahal sebelum masuk ke dalamnya.

Hagia Sophia atau dalam bahasa Turkinya Aya Sofya adalah sebuah bangunan bersejarah dengan arsitektur bangunan yang luar biasa. Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai gereja, kemudian diubah menjadi masjid dan sekarang Hagia Sophia adalah museum. Hagia Sophia terkenal dengan kubah besarnya dan dipandang sebagai arsitektur Byzantium.

Byzantium berasal dari kata Byzas, salah satu pahlawan legendaris Yunani yang mendirikan Konstantinopel. Tahun 324, ibu kota Romawi Timur dipindahkan ke kota ini dan sejak saat itu namanya Konstantinopel dan negaranya Byzantium. 

Hagia Sophia sebagai Gereja

Dibangun antara tahun 532-537, Hagia Sophia menjadi sebuah gereja dan katedral yang paling mewah. Hagia Sophia merupakan gereja Kristen terbesar di dunia selama hampir 1000 tahun. Tidak ada bangunan yang dapat menyaingi luas dan tinggi kubahnya, sampai Blue Mosque dibangun abad 16.

Sebelum menjadi gereja mewah, bangunan ini digunakan sebagai sebuah gereja basilika tahun 360 masehi. Kemudian terbakar tahun 404 masehi karena pemberontakan di Konstantinopel (sekarang Istanbul). Tahun 415 masehi gereja ini dibangun dan kembali diratakan dengan tanah pada masa Biznatium yang bermasalah.

Mau tahu gimana mewahnya Hagia Sophia pada masa itu?

Katanya, dinding Hagia Sophia dihiasi emas bertahtakan permata. Keindahan bertambah dengan ratusan lukisan mozaik dan hasil karya seni yang diletakan di sana. Sehingga membuat semua orang yang mengunjungi Hagia Sophia tidak bisa berkata apa-apa, tidak ada kata yang bisa menggambarkan keindahannya, katanya.

Hagia Sophia sebagai Masjid

Konstantinopel yang digadang-gadangkan punya benteng kokoh yang tak tembus serangan dari musuh akhirnya takluk di tahun 1453, tepatnya 29 Mei 1453. 

Sultan Al Fatih atau Sultan Mehmed II dari bangsa Osmani adalah orang yang berhasil menembus Konstantinopel dan kekaisaran Byzantium jatuh. 

Sultan Mehmed II kemudian memerintahkan mengubah gereja menjadi masjid. Berbagai lambang kristen disingkirkan, lukisan di dinding ditutup dan diberi hiasan ayat-ayat Al Qur'an. 

Saat Sultan memutuskan agar Hagia Sophia menjadi masjid, saat itulah azan dikumandangkan pertama kalinya. Sejak itulah di langit Konstantinopel berkumandangan azan.

Setelah peristiwa penaklukan itu, ibu kota Utsmani pindah ke Konstantinopel dan nama Konstantinopel berubah menjadi Istanbul yang berarti Kota Islam. 

Sultan memerintahkan arsitek untuk menghjias kota dengan taman, masjid, tempat pemandian, pusat perbelanjaan (sekarang Grand Bazzar), dan membuat istana di tahun 1459 yang dikenal sebagai Topkapi Palace. 

Hagia Sophia sebagai masjid dianggap sebagai salah satu masjid paling suci di dunia, juga berfungsi sebagai masjid utama Istanbul selama hampir 500 tahun dan digunakan sebagai model bagi banyak masjid lainnya.

Jumat pertama, 1 Juni 1453, Salat Jumat pertama digelar di Hagia Sophia. Hari itu Sultan juga menunjuk Paderi Kristen Ortodoks, Gennadius Scholarius dan umat kristen diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menjalankan ibadah di tempat ibadah mereka.

Hagia Sophia sebagai Museum

Hagia Sophia pertama kali dibuka sebagai museum tahun 1935, ketika Turki menjadi Republik dengan presiden pertamanya Mustafa Kemal Ataturk. Hagia Sophia mulai di bongkar, simbol lukisan-lukisan sakral kekristenan ditampakan kembali. Sejak saat itu, Hagia Sophia menjadi objek wisata terkenal dan menjadi salah satu World Heritage UNESCO.

Saat itu, aku berdiri dalam sebuah bangunan besar dan mewah. Cahaya matahari masuk dari jendela-jendela besar di sebelah kanan dan kiri. Aku berdiri, tertegun melihan keindahan arsitektur yang luar biasa ini.

Mosaik Bunda Maria yang sedang menggendong bayi Yesus diapit oleh kaligrafi Allah dan Muhammad tepat di atas mimbar. Keindahan Hagia Sophia membuktikan karya Arsitektur mampu menembus batas-batas agama.

Aku menemukan sebuah kutipan, tapi lupa dari mana. Kutipannya seperti ini:

"Kaum Islam saat itu mengambil suatu tindakan bijak dalam mengubah gereja ini. Mereka sangat menjunjung dan menghormati Nabi Isa yang juga merupakan bagian dari Islam. Sehingga sebisa mungkin, perubahan gereja menjadi masjid sekiranya tidak mengubah desain aslinya, namun masih bisa diterima dalam aturan islam."

Ah, indah sekali keberagaman itu. Hagia Sophia ada karena perjalanan panjang, lintas budaya, juga lintas agama. Jangan rusak keharmonisan Hagia Sophia sebagai salah satu lambang kerukunan beragama dengan keegoisan manusia yang merasa agama yang satu lebih baik daripada agama lainnya. 

Biarkanlah Hagia Sophia menjadi Hagia Sophia, yang memeluk dua simbol keagamaan dengan damai. Biarkanlah Hagia Sophia menjadi penyemangat bertoleransi hidup dalam keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun