Mohon tunggu...
Okta dwi astuti
Okta dwi astuti Mohon Tunggu... -

Seseorang yang sedang berjuang dalam asa penuh mimpi merengkuhnya dalam nyata. Bismillah..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Jika Bukan Kita, Lalu Siapa Lagi??

23 September 2012   05:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:53 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelas mendadak heboh, sesaat setelah perkenalan dimulai. Toni menyela di tengah bisingnya kelas, saat si Doni tengah bercakap-cakap dengan David siswa pindahan dari Jakarta.

"Hati-hati don, ntar yang ada lidah loe terpeleset". Kata Toni memancing perhatian seisi kelas. Tawah pun membuncah.

"Apaan si loe?" balas Doni tak mau kalah.

"Alah don-don biasa makan ketela juga pakai bilang loe gue loe gue, awas tuh ntarkecetit ngaak ada tukang urut lidah lho.." kelas pun bertambah tegang melihat pertikaian si Doni dan teman-temanya.

"Awas lho berdua ya,, gini-gini nyong juga bisa bahasa gaul".

"Bahasa gaul yang mana? Bahasa gaul kok masih ada kata-kata nyong. Hahaha.."

Tentunya tidak asing lagi bagi kita semua, seperti itulah gambaran fenomena saat ini. Dimana tradisi mulai tersisih, dan nilai-nilai bangsa mulai tergusur dengan budaya lain. Sebagian besar dari kita seringkali mengekor budaya barat yang tidak tahu asal-usulnya dan melupakan tradisi luhur nenek moyang. Padahal kitalah seharusnya yang diharapkan dapat melestarikan budaya sendiri.

Sebagai contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari yaitu anak kecil yang 'dewasa belum saatnya'. Imbas dari tekhnologi yang semakin canggih tapi terkadang membawa dampak yang negatif. Jika dahulu televisi merupakan barang yang tergolong tersier dan mahal, sekarang bisa dikatakan sebagai kebutuhan primer atau sesuatu yang wajib ada dalam rumah. Hingga akhirnya dengan mudah kehidupan-kehidupan modern dan budaya yang asing masuk begitu saja tanpa ada jeda dan sekat pemisah. Tentunya tidak dapat di pungkiri ada segi positif, tapi tentunya semua itu juga tidak terlepas dari segi negatif. Apalagi ditambah mudahnya mengakses dunia luar dari internet. Wah-wah-wah.. stop, tidak perlu dilanjutkan. Silahkan mengambil kesimpulan sendiri.

Contoh lain yaitu dalam hal berkomunikasi. Lihatlah anak muda zaman sekarang, mereka lebih bangga menggunakan bahasa inggris dibanding bahasa Indonesia. Masih mending anak muda yang gaul, faktanya yang TK juga tidak mau kalah. Jika dahulu bahasa Inggris diajarkan saat bangku SMP, sekarang dari TK mereka sudah dikenalkan dengan bahasa lain. Hingga saat SD pun mereka telah fasih berbahasa inggris. Bagus sih karena itu artinya tidak ketinggalan dengan trend, tapi dimana nilai-nilai mencintai bangsa sendiri ditanamkan? Wajar saja jika jika anak muda zaman sekarang lebih fasih menyanyikan lagu barat dari pada lagu nasionalis. Eitss, atau mereka tidak tahu, jangan-jangan tidak hafal liriknya. Aduh bahaya ini.

Jika ditanya maka dengan mudah mereka akan menjawab "Lho bahasa Inggris kan bahasa internasional". Iya ya, memang tidak salah berbendapat seperti itu, tapi bukan berarti melupakan bahasa sendiri. Masih ingat kan dengan isi sumpah pemuda "Kami putra-putri Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia". Boleh saja kita belajar bahasa asing, tapi tetaplah melestarikan bahasa sendiri. Kalau perlu jadikan bahasa Indonesia keranah internasional. Buat mereka terpukau dengan bahasa kita. Jangan hanya bisa mengikuti trend semata tapi sudah saatnya kita juga mulai menciptakan trend. Kenapa tidak, tentunya itu semua bisa terjadi jika kita mencintai bahasa Indonesia.

Fenomena lain yang memiriskan yaitu saat bahasa Indonesia tidak lagi dipakai sebagai mana mestinya. Dalam artian banyak pengubahan dalam segi penulisan, lafal dan pengucapanya. Tata cara bahasa yang sesuai EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan tidak lagi masuk dalam tataran bahasa sehari-hari. Seperti ilustrasi cerita diatas dimana pergeseran kata, sebut saja aku atau saya yang sesuai EYD tidak lagi dipakai dan tergantikan dengan bahasa gaul seperti 'gue, loe dan sebagainya' tentunya tidak salah, cuma disayangkan jika dalam fakta mereka yang masih tetap menggunakan bahasa yang sebagai mana mestinya dianggap kuno, udik dan tidak gaul.

Satu nusa satu bangsa satu bahasa kita.

Tanah air pasti jaya untuk slama-slamanya.

Indonesia pusaka Indonesia tercinta.

Nusa bangsa dan bahasa kita bela bersama..


Tau kan lirik lagu diatas? "Ya.." itu merupakan salah satu lagu nasionalis yang mengandung makna kita harus bangga menggunakan bahasa kita yaitu bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang telah menyatukan rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang ada. Jika dahulu kita lebih bangga menggunakan bahasa suku masing-masing hingga terjadi sebuah pemetakan atau kotak-kotak pemisah satu wilayah dengan wilayah lainya, maka bahasa Indonesia ada untuk menyatukanya. Hingga kita yang berbeda-beda pun akhirnya disatukan dengan tiga filosofi sumpah pemuda. Kita adalah satu nusa dan satu bangsa yang bangga dengan bahasa Indonesia, hingga tanah air pun akan jaya untuk selamanya.

"Kalau bukan kita lalu siapa lagi??" kitalah generasi terbaik sebagai penerus nenek moyang kita. Jadi sudah saatnya kita belajar mencintai dan melestarikan budaya sendiri termasuk mencintai bahasa Indonesia. Sah-sah saja kita bisa bahkan menguasai berbagai bahasa asing, bisa 2, 3 bahkan 5 bahasa asing sekalipun. Tapi tetap ingat bahasa kita adalah bahasa Indonesia. Kenalkan jangan hanya kita yang menikmati bahasa orang lain, kenalkan bahasa kita kepada mereka. Boleh saja kita jalan-jalan ke mana kita suka, bahkan menginjakan kaki dinegeri orang, tapi ingat dan banggalah dengan kampung halaman dan negeri tercinta kita Indonesia. Buatlah mereka terpesona dengan kebanggan kita terhadap negeri tercinta.

Tanahku yang ku cintai engkau ku hargai.

Walaupun banyak negeri kujalani.

Yang masyur permai dikata orang

Tetapi kampong dan rumah ku

Disanalah kurasa senang

Tanah ku tak kulupakan

Engkau ku banggakan.



Aku bangga dengan Indonesia dan berbahasa Indonesia. Bagaimana dengan kalian? Ayo belajar merawat dan mencintai kebudayaan bangsa Indonesia. Hidup negeriku.. jaya slalu Indonesiaku!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun