Mohon tunggu...
Nata
Nata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hanya senang menulis

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Kisah Kisah Ngeri: Desa Hanum dan Misteri Teror Rumah KKN

28 Juni 2024   22:26 Diperbarui: 28 Juni 2024   22:32 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Hanum namanya, Desa tempat Rafina melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Desa ini terkenal dengan dengan tradisi penyambutan arwah leluhur. Acara itu diadakan selama 1 bulan penuh sebelum dilakukan penanaman padi/ tanaman kebun. Acara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh restu dari leluhur sehingga hasil padi/ kebun mereka melimpah. Selain itu, terdapat 3 sumur keramat yang tempatnya sangat dijaga oleh tetua desa, karena ditempat itulah acara penyambutan arwah leluhur dilakukan.

Rafina sendiri hanya menghormati tanpa mempercayai hal itu. Dalam agama Rafina, arwah seseorang yang meninggal akan kembali kepada Tuhannya dan tidak mungkin dapat mengabulkan permintaan manusia apalagi melimpahkan hasil pertanian warga, kecuali Tuhannya yang berkehendak akan hal itu. Namun, Rafina selalu diajari oleh orang tuanya untuk selalu menghargai tradisi atau apapun kepercayaan dari daerah yang akan ia tempati, karena di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Rafina dan teman-temannya ditempatkan di sebuah Rumah bekas warga. Pemilik Rumah itu mengatakan bahwa almarhum ayahnya dulu tinggal disana dan meminta mereka untuk tetap mejaga dan bertanggung jawab dengan barang-barang yang ada disana. Hanya saja yang membuat Rumah itu ganjil adalah salah satu ruangan dari Rumah itu selalu digembok oleh pemiliknya dan hanya dibuka malam Jumat kliwon saja. Itu pun hanya anak pemilik Rumah yang diperbolehkan masuk ke dalamnya dengan alasan banyak peninggalan ayah pemilik Rumah yang berharga.

Beberapa hari setelah Rafina dan teman-temannya tinggal kejadian menyeramkan mulai menghantui mereka. Mulai dari kejadian lonceng sapi yang terdengar sangat keras di depan pintu Rumah mereka saat menonton film horror, bunyi air keran di Kamar mandi yang selalu mengalir ketika tidak ada orang, suara tangisan perempuan di belakang jendela dapur hingga salah satu dari teman mereka yang diganggu secara langsung dengan makhluk penghuni Rumah itu.

Rafina mencoba menenagkan semua teman-temannya dengan mengatakan  bahwa hal itu wajar terjadi karena seluruh temannya mulai melupakan ibadah dan banyak yang berbicara dengan bahasa kasar. Mereka mulai mengevaluasi diri masing-masing dan mencoba untuk berubah. Walaupun keesokan harinya tidak ada yang berubah sedikit pun, teman-temannya masih suka berbicara kasar.

Kegiatan program kerja KKN mereka pun mulai berjalan mulai dari membantu memberi edukasi kepada petani terkait teknologi terbaru, bersosialisasi Kesehatan anak dan lansia di Puskesmas hingga membantu jalannya acara tradisi Desa mereka. Meskipun beberapa dari mereka enggan terlalu mengikuti kegiatan tradisi tersebut, namun tetua adat sendiri mengatakan bahwa seluruh warga yang berada di Desa mereka wajib mendatangi 3 sumur itu dan ikut melihat acara tradisi penyambutan arwah leluhur, karena jika tidak maka Desa mereka yang akan mendapatkan celaka.


Acara tradisi itu dibuka dengan tetua adat yang sudah menggunakan pakaian serba hitam membuka penutup kain hitam ketiga sumur dengan bibirnya yang terus komat-kamit mengucap mantra khusus. Rafina jadi teringat kejadian dirinya dengan Anggi yang melihat kain penutup itu terbang terbawa angin dan Rafina yang menutup kembali sumur itu dengan bermodalkan keberaniannya karena tahu akan dilindungi oleh Tuhannya.

Salah satu tetua adat datang membawa 3 buah ayam hitam dan menggorok lehernya hingga keluar darahnya dan menyebarkan darah itu di ketiga sumur, selanjutnya tetua adat lainnya datang membawa piring persembahan berisi bunga dengan rupa yang berbeda-beda dan sebuah kendi yang entah apa isinya. Orang itu menyiram ketiga sumur dengan air di kendi dan menyebarkan bunga.

Setelahnya seluruh tetua adat menari dengan iringan tabuhan gendang, seluruh warga desa mulai berkomat-kamit membaca sesuatu yang tidak dimengerti oleh Rafina dan teman-temannya. Rafina mengamati secara seksama acara yang berlangsung dan menatap ketiga sumur itu dengan tatapan kosong, membuat Ani, salah satu teman kelompok KKNnya menepuk bahu Rafina dengan keras.

" Jangan melamun, Na!"

Rafina hanya menggeleng dan kembali memperhatikan tetua adat yang mulai menari, namun seketika kakinya dibuat lemas dengan apa yang ia lihat di depan. Ia mundur perlahan hingga membuat beberapa temannya khawatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun