Pernah gak merasa, bahwa kita suatu kali sibuk mengejar seseorang, supaya bisa dekat dengannya? Semua kita usahakan. Pansos, kata anak zaman sekarang. Panjat sosial katanya.
Biar kita menjadi satu circle dengan dia.
Sebenarnya tidak apa, karena ini bukan tentang benar salah.
Ada satu komentator terkenal, dia menawarkan dirinya dengan cara menelepon sang artis besar, atau kirim pesan Whatsapp, supaya di-notice Raffi Ahmad. Diperhatikan. Dan bisa masuk ke acaranya artis tersebut. Berhasil, setelah segala jerih payahnya. Masuk ke dalam circle sang artis.
Ada satu host podcast, segmennya "khusus" muslim. Awalnya para UMKM yang masuk ke acaranya, karena memang itu visinya, membantu para UMKM. Lalu kemudian mulai masuk artis-artis, entertainer, dengan pintu masuk wirausaha. Anggap saja UMKM dengan skala lebih besar. Merembet beberapa yang pernah masuk di jajaran pemerintahan, diwawancara juga di podcast itu. Akhirnya sang host merapat ke Close the Door, sebuah pencapaian, dan menjadi satu circle dengan Deddy Corbuzier.
Saya, ikutan workshop Bisa Bikin Brand, yang diadakan oleh Pak Bi (Subiakto Priosoedarsono). Ingin bisa bikin brand, personal brand, untuk -saat itu- bagaimana caranya promosikan novel Tuing!, novel pertama saya. Atau memosisikan diri sebagai penulis, satu-satunya penulis di alumni Bisa Bikin Brand. Saat itu. Value yang dibangun Pak Bi pun dengan workshop Bisa Bikin Brand salah satunya adalah terkoneksi dengan Pak Bi. Menjadi satu circle dengannya.
Dekat dengan Pak Bi, akhirnya kenal juga dengan anak-anaknya. Salah satunya Tya Subiakto, komposer yang terkenal, terutama sebagai film score. Banyak aransemen musik telah dibuatnya untuk film-film di Indonesia, terutama yang disutradarai Hanung Bramantyo. Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, Habibie Ainun, Miracle in Cell No.7, dan banyak lagi lainnya. Bahkan saya akhirnya menjadi editor untuk dua novel pertamanya: Panggil Aku Mama dan Anak Tak Bernama.
Apa artinya? Setelah masuk menjadi circle-nya, apa maknanya? Kita berarti apa untuknya? Dan dia berarti apa untuk kita?
Tentu kita ingin masuk ke circle dia karena ingin dekat, karena dia punya makna untuk kita. Makna juga berarti kepentingan. Apa pentingnya dia bagi kita sehingga kita ingin masuk ke dalam top of mind-nya?
Dalam keseharian pun sama. Kita di sekolahan, di tempat kuliah, dunia kerja, ada kerabat, rekan, kelompok, yang kita ingin menjadi bagian di dalamnya. Entah apa pun itu, punya makna bagi kita. Tapi sebaliknya, apa kita punya makna bagi mereka? Karena jika kita tidak bermakna bagi mereka itu, kita hanyalah sebuah nama, tanpa makna. Nama tanpa makna, adalah merek. Nama dengan makna, adalah Brand. Begitu ajaran Pak Bi.